Ketika
mendengar kata keluarga, apa yang terbayang dalam benak kita? Jika
saya, saya akan terbayang rumah kecil saya yang berisi empat orang yang
sedang mengobrol bersama ditemani cangkir-cangkir teh hangat. Sebuah
pemandangan yang indah dan selalu membuat rindu. Dalam lingkaran kecil
itu lah manusia tumbuh dan berkembang. Beranjak dari sanalah manusia
mulai menapaki luasnya dunia. Jika kemudian meneropong lebih dalam,
siapa kah yang sangat berperan dalam lingkaran itu? ya, meski semua
berperan secara timbal balik, namun orang tualah yang menjadi poros dari
berkembangnya sebuah keluarga. Bisa dikatakan peran orang tua di
dalamnya sangat penting. Sebagi teladan, sebagai pusat mendidik anak,
segalanya.
Mudah kah menjadi orang tua? Entahlah. Saya pun
belum pernah merasakan menjadi orangtua. Namun, ketika akhirnya banyak
menelaah apa saja yang sudah dilakukan orang tua kita terhadap kita,
jelas jawabannya, menjadi orang tua tidaklah mudah. Tidak bisa dilakukan
dengan asal, atau bahkan tanpa perencanaan sama sekali. Butuh
perencanaan, bahkan sebelum benar-benar ada status berkeluarga. Mengapa
demikian? Lagi-lagi karena keluarga adalah pijakan awal seorang
individu. Dari mana pijakan itu dibangun? Pijakan itu dibangun oleh
orang tua. Ingat, orang tua.. bukan hanya ibu saja atau ayah saja, harus
ada kerja sama. Subhanallah. . . mungkin itu pula lah alasan Allah
menciptakan manusia berpasangan, karena di setiapnya memiliki sesuatu
untuk saling mengisi dan melengkapi, beriring berjalan bersama menuju
suatu misi besar!
Sebab menyadari bahwa pentingnya peran
orang tua dalam keluarga, maka tergeraklah saya menghadiri seminar ini.
Seminar ini bertajuk “Seminar Manajemen Keluarga”. Terdengar sangat luar
biasa bagi saya yang memang sangat tertarik dengan isue anak,
parenting, dan keluarga. Kesannya seminar ini cukup penting, maka dari
itulah saya ingin saudara yang tidak berkesempatan hadir tetap bisa
mencicipi materinya. InsyaAllah, saya akan mencoba menghaturkan pada
saudara agar kebermanfaatan ini dapat mengalir, meski nanti akan saya
sampaikan secara berjenjang, sebab –subhanallah.. materinya banyak dan
menarik!
Baik, bismillah.. kita mulai. Sesi pertama,
adalah sesi yang penting dan langsung dapat terbayangkan secara riil.
Yaitu tentang manajemen keuangan keluarga, yang disampaikan oleh Prof
sekaligus Ust Muhammad. Tulisan ini saya racik sendiri, meski bersumber
dari materi yang beliau bagikan. Subhanallah.. saya sebagai wanita (dan
teman-teman yang lain), seharusnya sadar bahwa perencanaan, pengelolaan
dan pengontrol finansial menjadi salah satu tanggung jawab wanita,
selaku seorang istri dan ibu dari anak-anak. seorang suami atau ayah,
berkewajiban mencarikan maisyah sebagai nafkah bagi anak dan istrinya.
Disinilah akhirnya kita melihat salah satu pembagian peran yang Rasul
contohkan pada kita. Dikatakan bahwa salah satu peran istri adalah
menjaga harta suaminya, subhanallah.. Ini bukanlah amanah yang
main-main, karena jelas tidak dipungkiri bahwa finansial merupakan hal
yang harus diperhatikan agar keharmonisan keluarga dapat terjaga. Di
luaran sana, telah kita lihat betapa banyaknya keluarga yang terpecah
hanya karena keuangan yang tidak sesuai harapan, atau lebih karena tidak
mampu memenuhi keinginan. Bukan tidak mungkin juga bahwa korupsi
merambak karena tuntutan keinginan yang melonjak, sementara bisa jadi
istrinya lah yang tidak mampu mengelola keuangan dengan baik.
Astaghfirullah.. jangan sampai keluarga malah menjadi sarana keburukan
yang menjerumuskan pada api neraka. Sebaliknya, seharusnya seorang istri
mampu mengingatkan suaminya dengan berkata : “sungguh kami masih bisa
bertahan di atas kelaparan, namun sungguh kami tidak akan mampu bertahan
di atas api neraka.” Gamblangnya, lebih baik kelaparan dari pada
bermewah-mewah dari harta yang tidak halal. Jadilah kita sebaik-baik
pengingat bagi yang lain (suami, istri atau anak-anak).
*sedikit
penggerak dulu, yaa.. akan kita lanjutkan, insyaAllah..karena jika
terlalu panjang saya yakin tidak terbaca dengan nyaman ^_^
**sampai jumpa
kembal