Minggu, 24 April 2016

Yang Sederhana

Setelah membaca blog seseorang,
Membuat saya tertohok berkali-kali, lagi dan lagi.
Dan diakhirnya, semacam membuat kesimpulan :
Byk hal yg tdk dimaksimalkan, dan banyak hal yg membuat saya terhambat. Siapa penghambatnya, yaa saya sendiri. Hehe. Seakan saya tdk bersungguh-sungguh utk benar-benar berlari. Atau istiqomah berjalan meski perlahan.
Masih suka duduk dan menikmati semuanya seakan semua bisa menunggu dan dilakukan nanti saja.
Dunia berputar terlalu cepat. Dan bagi manusia seperti saya, yang menurut saya menjalani penuh bahagia dan nyaman itu penting ternyata tidak cukup.

Saya pemikir yg sangat sederhana . .
Maksdunya bukan tdk berpikir apa-apa atau hanya menjalani saja. Tapi saya terkadang tdk cukup kuat utk melakukan sesuatu spt kebanyakan orang. Yaa benar, kebanyakan orang.
Saya merasa tidak di bahu jalan, dimana byk org berjalan cepat. Saya selalu merasa di samping jalan. Berjalan dg sesuka saya. Tujuan yg saya inginkan agak nya tidak berkembang. Mungkin krn saya hanya berjalan dan terlalu byk berhenti di jalan.

Tapi melihat yg lain lagi . . Yang juga sama. Yg punya mimpi-mimpi sederhana, sepertinya juga menyenangkan. Saya berada di golongan itu.
Pemimpi sederhana. Tidak terlalu besar dan rumit. Yang terjadi, saya tertinggal.

Saya akan berpikir, dimana kesalahan saya dan darimana memperbaikinya . .
Baik. Setelah semua ini, saya akan memulai dengan melihat diri saya sendiri. Dan mulai perlahan berlari.
*pdhl kaki baru sembuh.
Dan yang terpenting, saya akan memperbaiki habis-habisan urusan saya dengan-Nya.
Saya pikir, jiwa saya harus saya bersihkan dahulu . .

Kesimpulan sederhana,
Saya bukan siapa-siapa dan tidak cukup baik ternyata.

Yang sederhana,
Sakti Mutiara

Selasa, 12 April 2016

Manusia

Setiap manusia, punya titik resahnya. Puny titik lelahnya, punya titik jenuhnya, punya titik kalahny, punya titik ragunya, punya titik lemahnya. Punya titik bahagianya, punya titik puasnya. Puny titik sedihnya, punya titik sendirinya. kadang punya titik sombongnya, kadang punya titik egoisnya . .

Kita semua seperti itu . .
Semua.
Wajar jika lelah, merasa sendiri, sempat ingin berhenti, sempat ragu dan beralih ke lain arah, sempat merasa semua tidak selesai dan penuh sesak.

Duduk sejenak. Menengadah ke atas. Lihat sekitar. Adakah alasan utk tdk bersyukur?

Mungkin kita terlalu sibuk melihat oranglain yg jauh lebih cemerlang. Kita lupa melihat dalam diri kita.
Lupa bahwa mgkn kita hanya salah cara.
Tidak semua yg orglain bisa, kita juga harus bisa. Tidak begitu.
Kita punya peran sendiri. Jalani dengan baik. Itu cukup.

Tak perlu berlari jika kakimu sakit,
Tak perlu berpenat jika kau sedang pusing. Tak perlu memaksa menembus hujan jika kau sedang tak enak badan.
Tunggu semuanya reda. Tunggu badanmu utk siap. Dan lalu, lanjutkan berjalan.

Kita berbeda dengan oranglain. Kita punya cara yg kita sndiri yg paham. Jangan paksakan diri hanya utk menjadi oranglain yg terlihat juara.

Kita pemenang, tanpa harus mengalahkan siapa-siapa.

Kamis, 07 April 2016

Surat Cinta utk Ananda

Demi sebuah misi awal, mengapa lembaran ini ku pertahankan.. agar anakku kelak bisa membaca dan memberi makna.
Maka bagaimana pun akhirnya, izin kan aku tetap menulis semua kisah ini disini..

Jika kmu tdk berkenan, kmu tidak harus membuka atau membaca.
Cukup biarkan aku menyimpan cerita ini saja..

Kepada para anak perempuan dan laki-laki ku,
Suatu saat nanti, kau akan dianugrahkan secercah rasa yg membuatmu seakan lengkap dan cerah. Rasa cinta dgn sekodratnya manusia.
Jika rasa itu bersemayam di hatimu, jaga lah pendarnya . .
Jangan biarkan seorang meredupkannya atau menggelapkannya. Biarlah dia tetap ada di hatimu. Niscaya hatimu menjadi hangat dan berwarna.
Kau tidak perlu membuatnya bergejolak hingga pendarnya terlalu terang menyilaukan. Kau juga tidak perlu membuat-buat kenampakan hatimu agar terlihat mempesona.
Jaga saja dia dalam sebuah kotak kaca. Biarkan dia bercahaya.
Mohon lah ampunan jika trkadang terasa berlebihan . .

Aku menuliskan ini padamu, ketika aku juga menjaga pendar itu. Sendirian. Mungkin sama sepertimu saat membaca ini.

Ada byk nanti yg terpias dari pendar-pendar rasa itu.. sungguh.
Hadapi saja, nikmati, syukuri . .
Cinta tidak pernah bersalah.
Kita yg memilih utk membuat cinta tetap indah semurni saat kita jaga. Atau hanya indah karena banyak yg memujinya?

Cinta membuatmu menjadi dewasa . . Memilih mana yg bisa diungkapkan dan tidak. Mana yg butuh air mata atau tidak. Mana yg harus dijawab atau didiamkan. Mana yg harus kau sampaikan sendiri atau dg perantara. Mana yg harus kau pilih atau tidak.

Jangan jauhi Sang Maha Cinta, hatimu dalam genggamannya. Seketika bisa dibalikkan dan seketika bisa diterjunkan..

Jumat, 25 Maret 2016

Setelah Sekian Lama

Bagaimana aku mengatakan ini semua ?
Jika bisa ku gambarkan, mungkin aku sdg resah.
Entah apa yg ku resahkan. Mungkin memang tdk perlu resah.
Sebab rasa resah trkadang melemahkan. Dan aku tidak ingin lemah.
Dan perubahan yg berangsur berjarak, Dan benteng diriku yg berangsur menebal, entah mengapa bgitu.
Sebab aku tdk ingin merusakmu.

Sungguh, jika boleh dikatakan. Aku sdg mcoba utk tdk mengingat simpana cerita itu. Aku menyimpannya rapat dan entah harus ku apakan.

Ku akui, aku sdg mengekang diriku. Seharusnya tdk begini. Tapi trkadang sifatku memang begitu. Sebuah analogi yg kiranya tepat adl spt ini, seseorang memintaku utk mengurangi porsi makanku. Yg ku lakukan nyatanya adl aku tidak makan sama skali.

Aku tdk sedang bersedih. Itu sudah lewat. Aku sudah brjanji akan baik-baik saja.
Tpi mohon maaf, dadaku tak selega itu.
Aku akan terlihat baik2 saja, ya spt biasa. Seorang Ayya akan bermain peran.

Aku tdk mengharapkanmu -spt yg kau minta. Aku hanya sdg berdoa utkmu -kau tau itu. Bagiku, doa juga butuh konsekuensi. Dan konsekuensi dari mendoakanmu utk masa depan itulah yg jdi kontemplasiku. Utk yakin bisa mjd bagian dari "semua kehidupan"mu atau tidak. Krn aku tak sebaik "kehidupan"mu.
Aku butuh diyakinkan, sesungguhnya.

Yaa, aku tau. Kmu akan memilih membiarkanku saja.

Minggu, 13 Maret 2016

belum saatnya ber"buka"

analisis sederhana antara aku dan kamu
kita pake "triangle of love"-nya Stenberg
masih ingat kan?
passionate, intimacy, & commitment
coba kamu tebak! kira-kira kita di tahap mana?
*5 menit kemudian
**tidak ada jawaban
***baiklah

menggunakan kerangka ini memang sulit
karena kita selalu berdinamika, tidak tetap, cenderung berubah
akunya yang berubah sih, wkwkwk
*jahat

jika aku boleh memberikan skor
membuat prosentase dari kerangka ini
- passionate 69%
hal ini mengukur sejauhmana gairah, semangat, hasrat, dan gelora hubungan. menurutku ini yang paling tinggi. karena selalu ada semangat yang baru walau dengan sikap sederhana, ataupun senyum2 sederhana. ini semacam ukuran kebahagiaan githulah...
- intimacy 47%
intimacy itu daya romantisme *uwek... menurutku ini ini lebih rendah karena kadang kita sering diem-dieman *chiye... dan kita jarang banget ngobrol lama
- commitment 33%
ya.. kamu tahulah ini commitment yang seharusnya tidak kita buat. mengapa? karena commitment ini hanya untuk orang pacaran dan suami istri. orang kayak kita gini gk berhak berkomitment. *helllow... guweh siape... maka skor komitment menurutku paling rendah. makanya aku dulu sempat mencabut komitmen karena alasan ini. dan hanya menjanjikan 1 hal, yaitu silatirahim ke rumahmu.

dari skor diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :
  1. jangan percaya dengan skor diatas, karena sangat subjektif
  2. kamu punya persepsi terhadap skor kerangka "triangle of love"
  3. hubungan dengan skor ini memiliki resiko tinggi bercerai *opotho. karena komitmen yang rendah padahal komitmen adalah satu-satunya pengikat hubungan
  4. repotnya adalah passionate yang tinggi menjadikan komunikasi sulit terlepas, ini bisa menjadi penderitaan
  5. kedua belah pihak mendapat kelelahan yang amat sangat, karena tidak kuatnya commitment
  6. dengan kondisi ini memberatkan kedua belah pihak, berat menarik di sisi lain berat bertahan, ada tarik menarik komitmen.
saran pengembangan
*berasa psikolog guweh
  1. tidak mungkin menguatkan passionate dan intimacy tanpa berkomitmen, karena ini adalah hal yang sia-sia. ini akan kembali kepada pertanyaan "aku thu siapamu". maka dari itu usaha-usaha untuk menguatkan passionate dan intimacy cukup sewajarnya saja, karena jika berharap lebih hanya ada rasa sakit
  2. mulailah menguatkan komitmen *ini berat dan menampar. jalan ini hanya bisa ditempuh dengan akad nikah, itulah komitmen sebenarnya
  3. jika belum bisa menguatkan komitmen, maka berpuasalah *ini saran nabi. puasa disini diartikan oleh penulis sebagai tiga hal, 1) puasa ber-passionate, 2) puasa ber-intimacy, dan 3) puasa ber-commitment.
  4. puasa itu menahan dari hal-hal yang membatalkannya hingga saatnya berbuka. kata kuncinya "menahan", ini memang bukan pekerjaan mudah. tapi bakal jadi ujian hati yang berpahala jika dibuat tidur, eh salah... buat beribadah maksudnya. masa-masa ujian semakin bernilai, bermakna, dan berhikmah jika disibukkan dengan kebaikan dan ibadah untuk Allah, bukan untuk yang lain..
  5. jika dirasa masih cukup memberatkan, maka berkomitmenlah pada ketetapan Allah, bahwa Allah tidak pernah salah menuliskan nama di lauhil mahfudz. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita minta.
  6. yuk sama-sama kuatkan ikhtiar untuk mencari yang terbaik agar mendapat tempat terindah di sisi Allah, selamat berpuasa.... :')

Belajar dari Gerhana

pagi itu tenang..
dengan mentari yang cermerlang..
langit yang terang.. dihiasi awan yang berenang
tepat pukul 06.30 suasana berubah
sang mentari menjadi setengah
kemudian hilang
dan akhirnya dia gelap padam

Einsten bilang...
gelap itu tidak ada, yang ada kurang cahaya
dingin itu tidak ada, yang ada kurang panas
kejahatan itu tidak ada, yang ada kurangnya kebaikan
kesedihan itu tidak ada, yang ada kurangnya cara untuk bahagia
penderitaan itu tidak ada, yang ada kurangnya rasa bersyukur

gerhana mengajarkan kita sesuatu
ketika gerhana, semua orang ingin sekali melihatnya
padahal ia hanyalah kegelapan
yang ukuranya hanya kecil
apa daya tarik kegelapan yang hanya kecil itu
padahal manusia tahu,
melihatnya dengan mata telanjang dapat mengakibatkan kebutaan
mungkin nafsu manusia yang menginginkannya
nafsu itu mengajak kepada sesuatu yang kecil, gelap, sementara, dan lalai
lalai dari cahaya yang lebih luas dan lebih indah

Senin, 07 Maret 2016

Temukan Dirimu

Benar, kita hanya akan menuruti takdir.
Ada sebuah keputusan yang harus senantiasa kita terima sebagaimanapun itu.

Namun,
Tidak kah kau merasa seperti tertusuk ketika membayangkan hal yang mungkin tidak kita inginkan terjadi?

Tidak kah kau merasa seakan ingin menggenggam sekuat tenaga meski kau tau genggamanmu sangat lemah dan hanya dengan doa kau bisa menggenggamnya?

Tidak kah kau juga merasa sangat khawatir hingga airmatamu bercurahan menjadi rinai-rinai yang menguntai. Kemudian dalam panjatan doa lah kau merundukkan hatimu sedalam-dalamnya. 
Memohon atas sebuah harapan yang sangat ingin kau genggam.

Jika kau tak merasa itu? Semua ini kau sebut apa? Semua yang bersemayam dalam hatimu itu apa? Semua yang kau pertahankan ini semua adalah apa?

Ketika semua orang mencoba merentang jarak kita, sikapmu itu kau sebut apa?

Atau kau bukan manusia yang memiliki semua rasa dan pengharapan itu?

Apakah usaha memang hanya terundak ke atas? Apakah sedikitpun kau tidak mau menoleh pada sesuatu yang kau rindukan. Hanya untuk sekedar memastikan bahwa yang kau rindu masih menunggu untukmu?

Atau kau kelewat tenang. Hingga kau tak pernah khawatir sedikitpun?

Kini, jika kau tak bisa menyelami mataku, maka berkacalah selami sendiri matamu.

Tanyakan pada muara terdalam hatimu, adakah kau serela itu untuk melepaskan?

Sementara ombak terus berkecamuk di samping kita. Apakah kau hanya akan menengadah ke atas tanpa terlebih dahulu mengembangkan layar atau mempertahankan kemudi?


Temukan jawabanmu, dan ceritamu akan sangat ku harapkan . .

Kamis, 03 Maret 2016

Perundingan

apa yang sesungguhnya sedang ku lakukan?
apakah benar aku hanya sedang memaksakan genggamanku.
aku takut ada yang hilang dari salah satu diantara kita.

mungkin dulu aku terlalu rapat mendekap.
dan ketika perlahan jarak melonggar
sepeti ada yang mulai hilang

sepertinya aku tidak seperti itu.
aku sudah tidak terlalu reaktif pada apapun yang sedang dilakukannya
aku sudah tidak berkobar jika tersulut
aku mencoba mengendapkan dulu semuanya sendirian

namun bagaimana jika akhirnya ini semua meledak
pecah di hati
dan berlinangan menjadi air mata yang tersembunyi?
aku juga tidak sekuat karang
atau setabah hujan bulan juni

yaa akhirnya memang hanya bisa mencurahkan hati

dan menentukan langkah apa yang sebaiknya dilakukan kemudian
dengan sebuah perundingan sederhana

Jumat, 05 Februari 2016

Kembali

aku akan mengawali bacaanmu ini dengan sebuah senandung yang sempat kau tak pahami maknanya. maka, izinkan aku menggiringmu pada makna itu.

When I look into your eyes  
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well there's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use the tools and gifts
We got yeah we got a lot at stake
And in the end,
You're still my friend at least we didn't tend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn, how to bend without the world caving in
I had to learn what I got, and what I'm not
And who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up
I'm still looking up

I won't give up on us
God knows I'm tough, he knows
We got a lot to learn
God knows we're worth it

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up...

aku akan menjelaskan padamu tentang mengapa aku sangat memaknai dengan dalam. setelah percakapan sahabatku denganmu, jujur masih banyak hal yang melimpah ruah untuk dikatakan padamu. tapi aku memilih diam, diam bagiku pasti kau paham alasannya. hatiku habis. saat itu tidak menemukan jalan yang terang meski kuntum-kuntum doa selalu ku alirkan. hingga pada satu titik aku ingin melarungkan hatiku saja, tidak berpegang pada hati mana pun, termasuk hatimu. aku pernah demikian, seperti hujan yang mengalir di alur tanah kemudian dia akan menuju lautan luas, kembali berpetualang tanpa persinggahan.

ada yang menuntunku kembali padamu. memang seajaib itu. aku tidak akan menceritakan peristiwa-peristiwa itu, mungkin tidak sekarang. singkatnya aku menemukan lagu itu, entah mengapa aku terngiang kemudian aku mencari kata perkata dari liriknya. ku temukan makna yang membuatku semakin menangis.

bagiku yang hampir berputus asa terhadapmu, lagu itu menguatkan banyak hal. bahwa seharusnya aku tak selemah itu, bahwa seharusnya aku tak semenyerah itu. kita telah berjalan sangat jauh, serangkaian cerita kita tapaki. satu demi satu anak tangga kita lewati.

secara sederhana lagu ini bermakna tentang seseorang yang masih meyakini suatu hal tentang dirinya dan kisahnya, menyebutkan tentang kita. mari kita ganti dengan aku dan kau, agar kau lebih memahami bagaimana ini sangat bersisian dengan kisah kita.

aku menggambarkanmu seperti sesuatu yang begitu tenang dan mengingatkan atas dasar apa aku memilihmu. aku tidak akan menyerah begitu saja pada apapun. meski langit menjadi bercuaca buruk. aku akan memberikan segala yang bisa ku lakukan, daya upaya dan doa, untuk tetap bertahan dan mempertahankan. hingga mungkin saat ini adalah waktunya kau membutuhkan ruang untuk mencari hal-hal yang ingin kau capai, untuk menemukan apa yang kau ingin tunjukkan padaku nanti. dan aku akan bersedia dengan sabar menunggumu, hingga nanti kau akan menunjukkan pada ku apa saja yang telah kau temukan dalam petualanganmu yang tidak sederhana. jika pun gemintang terbakar habis dan berjatuhan di langit, paling tidak kita telah banyak belajar. dan kita yakin, bahwa Allah memahami setiap doa kita, bahwa Dia memahami bahwa kita sungguh sangat berusaha dan menginginkan kisah kita berakhir indah.
aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri, mengilhami semua perjalanan dan memaknainya, hingga menarik sebuah kesimpulan bahwa aku tidak ingin menjadi seorang yang berjalan meninggalkanmu semudah ini. aku tau apa yang ku cari dan ku temukan padamu. aku pernah berjanji untuk tidak meninggalkanmu lebih dulu. aku berusaha memegang erat itu, seperti kau menjaga janjimu untuk datang suatu saat. dan aku bahkan kau hadir disini -dikehidupan kita masing-masing untuk membuat segala hal menjadi berbeda, menjadi lebih baik, menjadi saling memperbaiki dan menjadi yang terbaik.
kita bertemu dengan banyak perbedaan yang dibawa. dan perbedaan-perbedaan itu membuat kita belajar, bagaimana kita menggunakan perbedaan itu agar saling tak merendahkan, agar saling tak merasa tinggi. dan perbedaan ini adalah sebuah hadiah bagi kita, mungkin sebab itulah kita bertemu. kita sama-sama berharap untuk bersama. kita mempertaruhkan banyak hal. kita tidak pernah berharap untuk patah dan berpisah, tidak ingin terbakar habis dengan sia-sia. kita harus banyak belajar untuk menghadapi setiap tikungan dengan tanpa membuat diri kita hancur. kita belajar tentang apa yang boleh dan tidak, serta tentang siapa kita.

terakhir...
aku tidak akan menyerah, apapun yang terjadi bertahan adalah hal yang paling penting. aku akan tetap terjaga.

-----------------------------------------------------------

beberapa hari terakhir, mungkin kau tidak menyadari apa yang kau lakukan, ada banyak hal yang ku rasakan dan ku lihat. aku tidak akan mencari yang lain, sebab semua telah ku temukan. kau paham dimana aku menemukan itu. bahkan setiap kekurangan dan rasa kecewa, aku akan menjadikannya sebuah harta karun yang tersimpan rahasia dan suatu saat akan menjadi keindahan yang menyempurnakan.

aku menyadari keyakinan ini adalah tentang aku, aku hanya perlu menemukannya. dan sudah ku temukan kembali apa yang dulu sempat hilang... kau kembali :') terimakasih

Kisah Langit dan Bumi

ketika tulisan ini sampai padamu, aku tidak bisa menerka apa yang tengah kamu lakukan disebalik genggaman tulisan yang sedang kau cerna satu per satu katanya. aku? ketika aku menuliskan ini langit sedang berwarna seperti kemejamu, sedikit biru dan lebih pada abu-abu yang redup kelabu. rasa-rasanya aku ingin menuangkan warna tosca di lembaran langit itu, agar persis sama seperti kemejamu yang ku suka.
kemudian, aku akan memanggilmu dengan sapaan Langit.

Langit, seandainya aku bisa berhadapan denganmu dan mencuri semua waktumu hanya untuk mendengarkan ceritaku, maka akan ku lakukan. aku tau kau juga sangat ingin menikmati itu, hanya kita sedang berada disaat yang belum tepat. aku sama pahamnya denganmu.

pernah suatu hari aku menyimpan air mata, ingin aku tumpahkan dihadapanmu seketika. seperti tidak perlu ada kata-kata lagi. hanya cukup dengan menyeduh air mata dan kau akan merasakan bagaimana terlarutnya segala hal yang tak bisa diucapkan dan akhirnya mengembun saja menjadi buliran itu.

Langit, mencarimu memang tak semudah mencari angka tiga dalam jarum jam. tidak semudah itu. apalagi memintamu menjadi penawan atas rasa kehilangan. mengharapkanmu seperti jangkar yang menambatkan kapal di dermaga, sekiranya tidak semudah itu. kau lebih memilih memberikanku benang layang-layang, kau mengulurnya tinggi meski tidak melepaskan.

Langit hingga akhirnya seruntut percakapan hadir padamu, sahabatku memberimu pertanda tentang kapalku yang nyaris tenggelam dan menjauh dari dermagamu.

kau tahu, betapa aku menjadi sangat membiru.. mendapatimu sekuat tenaga menjelaskan banyak hal. sekuat daya merangkai kembali keyakinanku untuk bisa kembali menepi di dermagamu.
akhirnya kau berubah menjadi Langit yang cerah.
kau pernah terlihat buram dalam penglihatanku, begitu tinggi, jauh dan menyilaukan.

aku berhasil kau tata ulang hatinya. ini sebab doaku dan doamu yang menguat. mungkin menembus lapisan-lapisan udara. mungkin menembus detik-detik dan bertemu di malam yang tenang.

Langit, menjadi pagi yang cerah. menjadi hangat kembali. andaipun nanti Langit membulirkan gerimis dan meniupkan awan mendung, kau tetap menjadi Langit bagi Bumi.

Jumat, 15 Januari 2016

Dihantui rasa bersalah

Aku selalu berpikir
Tentang sesuatu yang kita perjuangkan
Sesuatu yang kita rela berbagi
waktu dan energi

Aku ingin melakukan banyak hal
Bersama, berdua, mesra
Hanya pelangi dan bintang yang menemani kita
Indah dan bahagia

Tetapi ada hantu yang membayangiku
Sebuah rasa bersalah
Sebuah pertimbangan
Apakah yang kita lakukan ini benar?
Atau ini sebuah kesalahan
muncul rasa tak tenang
Merasa gelisah
Karena takut salah

Apakah,
kita masih dalam kondisi "beristikhoroh"?
Dan "berikhtiar"?
Semoga iya..
Karena kedua kata itu
memiliki akar kata yang sama
"khoir" artinya kebaikan

Tetaplah bertahan memperjuangkan kebaikan
Karena tujuan kita bukan kebahagiaan
Tujuan kita adalah kebaikan
Kebahagiaan hanya efek samping
dari memperjuangkan kebaikan
Kebahagiaan adalah proses

Dalam diamku
Dalam lamunanku
Dalam doaku
Dalam ide2 anehku
Aku meletakkanmu pada posisi terbaik
Aku bahagia dengan itu
Sederhana..
Minimal hantu itu tak menari dikepalaku

Kamis, 07 Januari 2016

Pergeseran

Aku tidak pernah tau kabarmu, sekedar sebuah kabar. Tidak pernah.
Ini memang sudah biasa. Sangat biasa terjadi. Hari terlewati tanpa ada satu sapaan atau malah balasan. Iya, mungkin kamu benar -kamu memang selalu benar, katamu : kita memang sedang menjaga.
Bukan hal yg besar bagiku utk mendengar kata2 itu. Aku cukup paham dgn banyaknya 'nasihat' darimu. Bahkan dgn sebuah penyadaran dr diriku sendiri. Ya, memang harus begitu.

Manusia selalu berubah. Aku juga berubah, entah mjadi lebih baik atau tidak. Kamu juga. Pasti berubah. Dan sepertinya memang begitu.
Apa masalahnya dr sebuah perubahan ? Adalah ketika kita tidak menyadarinya dan sikap kita pada oranglain pun menjadi berubah. Sikapmu padaku mungkin byk berubah. Itu bisa membuat Sikapku padamu mungkin juga berubah. Sepertinya itu yg terjadi.

Berkata kamu ttg harapan: Jangan pernah berharap padaku, sebab kau akan kecewa.
Sebisa mungkin aku menekan semuanya. Berharap kau menyapa, tapi tak ada. Yasudah. Berharap kau membalas, tapi tak ada. Yasudah. Aku selalu membuat seribu satu alasanku sendiri agar mbuatku tenang. Menghibur diri.

Dan aku selalu berdoa, semoga aku bisa bertahan . . Dan tidak mencari "kebahagiaan" yg lain.

Aneh . . Ketika aku menuliskan ini rasanya aku tau bgmana kamu akan menanggapi.
Mungkin beberapa jawabanmu adalah memang harusnya begini, atau jangan berharap padaku, atau jika kmu ingin mencari kebahagiaan yg lain silakan, atau aku bisa apa . .

Aku hanya sedang bercurah hati.

Rabu, 06 Januari 2016

Nada suara 3:03

Ada yg terdengar tiba-tiba di perjalanan menuju jogja.
Dari sebuah kado ulangtahun, katanya. Dia membuatnya sendiri dengan petikan gitar yg baru aku tahu dia bisa memainkannya. Entah kapan dia mulai mengakrabi alat musik.

Dari sekian jarak yg merentang kemudian suara itu berdendang. Dan sepertinya jarak berhasil dia lipat dengan seketika. Perjalanan yg terasa tidak sendiri.

Semagis itu ternyata, kenangan.
Ketika dia diputar kembali maka dimensi waktu bisa tergapai dan seperti ditarik ulang di rangkaian yg sama.

"Kau memang bukan bintang di langit, memang tak seindah pelangi. Tidak seperti oranglain. Kau memang bukan mereka. Hanya kau dan apa adanya kau. Atas semua kelebihan dan kekurangan. Menerimamu? Dari sisi mana yg tidak ku terima? Telah ku pilih dan telah ku terima. Nikmati saja menjadi dirimu. Jika pun aku kecewa, aku tau kau hanya insan biasa.. aku juga. Insan biasa. Kita nikmati saja semua anugrah hidup yg kita miliki. Tak harus sempurna. Namun jangan tak mau menjadi lebih baik utk diterima."
: menjawab nada suaramu yg terekam dalam 3menit tepat 3detik.

:')