Jumat, 25 Maret 2016

Setelah Sekian Lama

Bagaimana aku mengatakan ini semua ?
Jika bisa ku gambarkan, mungkin aku sdg resah.
Entah apa yg ku resahkan. Mungkin memang tdk perlu resah.
Sebab rasa resah trkadang melemahkan. Dan aku tidak ingin lemah.
Dan perubahan yg berangsur berjarak, Dan benteng diriku yg berangsur menebal, entah mengapa bgitu.
Sebab aku tdk ingin merusakmu.

Sungguh, jika boleh dikatakan. Aku sdg mcoba utk tdk mengingat simpana cerita itu. Aku menyimpannya rapat dan entah harus ku apakan.

Ku akui, aku sdg mengekang diriku. Seharusnya tdk begini. Tapi trkadang sifatku memang begitu. Sebuah analogi yg kiranya tepat adl spt ini, seseorang memintaku utk mengurangi porsi makanku. Yg ku lakukan nyatanya adl aku tidak makan sama skali.

Aku tdk sedang bersedih. Itu sudah lewat. Aku sudah brjanji akan baik-baik saja.
Tpi mohon maaf, dadaku tak selega itu.
Aku akan terlihat baik2 saja, ya spt biasa. Seorang Ayya akan bermain peran.

Aku tdk mengharapkanmu -spt yg kau minta. Aku hanya sdg berdoa utkmu -kau tau itu. Bagiku, doa juga butuh konsekuensi. Dan konsekuensi dari mendoakanmu utk masa depan itulah yg jdi kontemplasiku. Utk yakin bisa mjd bagian dari "semua kehidupan"mu atau tidak. Krn aku tak sebaik "kehidupan"mu.
Aku butuh diyakinkan, sesungguhnya.

Yaa, aku tau. Kmu akan memilih membiarkanku saja.

Minggu, 13 Maret 2016

belum saatnya ber"buka"

analisis sederhana antara aku dan kamu
kita pake "triangle of love"-nya Stenberg
masih ingat kan?
passionate, intimacy, & commitment
coba kamu tebak! kira-kira kita di tahap mana?
*5 menit kemudian
**tidak ada jawaban
***baiklah

menggunakan kerangka ini memang sulit
karena kita selalu berdinamika, tidak tetap, cenderung berubah
akunya yang berubah sih, wkwkwk
*jahat

jika aku boleh memberikan skor
membuat prosentase dari kerangka ini
- passionate 69%
hal ini mengukur sejauhmana gairah, semangat, hasrat, dan gelora hubungan. menurutku ini yang paling tinggi. karena selalu ada semangat yang baru walau dengan sikap sederhana, ataupun senyum2 sederhana. ini semacam ukuran kebahagiaan githulah...
- intimacy 47%
intimacy itu daya romantisme *uwek... menurutku ini ini lebih rendah karena kadang kita sering diem-dieman *chiye... dan kita jarang banget ngobrol lama
- commitment 33%
ya.. kamu tahulah ini commitment yang seharusnya tidak kita buat. mengapa? karena commitment ini hanya untuk orang pacaran dan suami istri. orang kayak kita gini gk berhak berkomitment. *helllow... guweh siape... maka skor komitment menurutku paling rendah. makanya aku dulu sempat mencabut komitmen karena alasan ini. dan hanya menjanjikan 1 hal, yaitu silatirahim ke rumahmu.

dari skor diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :
  1. jangan percaya dengan skor diatas, karena sangat subjektif
  2. kamu punya persepsi terhadap skor kerangka "triangle of love"
  3. hubungan dengan skor ini memiliki resiko tinggi bercerai *opotho. karena komitmen yang rendah padahal komitmen adalah satu-satunya pengikat hubungan
  4. repotnya adalah passionate yang tinggi menjadikan komunikasi sulit terlepas, ini bisa menjadi penderitaan
  5. kedua belah pihak mendapat kelelahan yang amat sangat, karena tidak kuatnya commitment
  6. dengan kondisi ini memberatkan kedua belah pihak, berat menarik di sisi lain berat bertahan, ada tarik menarik komitmen.
saran pengembangan
*berasa psikolog guweh
  1. tidak mungkin menguatkan passionate dan intimacy tanpa berkomitmen, karena ini adalah hal yang sia-sia. ini akan kembali kepada pertanyaan "aku thu siapamu". maka dari itu usaha-usaha untuk menguatkan passionate dan intimacy cukup sewajarnya saja, karena jika berharap lebih hanya ada rasa sakit
  2. mulailah menguatkan komitmen *ini berat dan menampar. jalan ini hanya bisa ditempuh dengan akad nikah, itulah komitmen sebenarnya
  3. jika belum bisa menguatkan komitmen, maka berpuasalah *ini saran nabi. puasa disini diartikan oleh penulis sebagai tiga hal, 1) puasa ber-passionate, 2) puasa ber-intimacy, dan 3) puasa ber-commitment.
  4. puasa itu menahan dari hal-hal yang membatalkannya hingga saatnya berbuka. kata kuncinya "menahan", ini memang bukan pekerjaan mudah. tapi bakal jadi ujian hati yang berpahala jika dibuat tidur, eh salah... buat beribadah maksudnya. masa-masa ujian semakin bernilai, bermakna, dan berhikmah jika disibukkan dengan kebaikan dan ibadah untuk Allah, bukan untuk yang lain..
  5. jika dirasa masih cukup memberatkan, maka berkomitmenlah pada ketetapan Allah, bahwa Allah tidak pernah salah menuliskan nama di lauhil mahfudz. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita minta.
  6. yuk sama-sama kuatkan ikhtiar untuk mencari yang terbaik agar mendapat tempat terindah di sisi Allah, selamat berpuasa.... :')

Belajar dari Gerhana

pagi itu tenang..
dengan mentari yang cermerlang..
langit yang terang.. dihiasi awan yang berenang
tepat pukul 06.30 suasana berubah
sang mentari menjadi setengah
kemudian hilang
dan akhirnya dia gelap padam

Einsten bilang...
gelap itu tidak ada, yang ada kurang cahaya
dingin itu tidak ada, yang ada kurang panas
kejahatan itu tidak ada, yang ada kurangnya kebaikan
kesedihan itu tidak ada, yang ada kurangnya cara untuk bahagia
penderitaan itu tidak ada, yang ada kurangnya rasa bersyukur

gerhana mengajarkan kita sesuatu
ketika gerhana, semua orang ingin sekali melihatnya
padahal ia hanyalah kegelapan
yang ukuranya hanya kecil
apa daya tarik kegelapan yang hanya kecil itu
padahal manusia tahu,
melihatnya dengan mata telanjang dapat mengakibatkan kebutaan
mungkin nafsu manusia yang menginginkannya
nafsu itu mengajak kepada sesuatu yang kecil, gelap, sementara, dan lalai
lalai dari cahaya yang lebih luas dan lebih indah

Senin, 07 Maret 2016

Temukan Dirimu

Benar, kita hanya akan menuruti takdir.
Ada sebuah keputusan yang harus senantiasa kita terima sebagaimanapun itu.

Namun,
Tidak kah kau merasa seperti tertusuk ketika membayangkan hal yang mungkin tidak kita inginkan terjadi?

Tidak kah kau merasa seakan ingin menggenggam sekuat tenaga meski kau tau genggamanmu sangat lemah dan hanya dengan doa kau bisa menggenggamnya?

Tidak kah kau juga merasa sangat khawatir hingga airmatamu bercurahan menjadi rinai-rinai yang menguntai. Kemudian dalam panjatan doa lah kau merundukkan hatimu sedalam-dalamnya. 
Memohon atas sebuah harapan yang sangat ingin kau genggam.

Jika kau tak merasa itu? Semua ini kau sebut apa? Semua yang bersemayam dalam hatimu itu apa? Semua yang kau pertahankan ini semua adalah apa?

Ketika semua orang mencoba merentang jarak kita, sikapmu itu kau sebut apa?

Atau kau bukan manusia yang memiliki semua rasa dan pengharapan itu?

Apakah usaha memang hanya terundak ke atas? Apakah sedikitpun kau tidak mau menoleh pada sesuatu yang kau rindukan. Hanya untuk sekedar memastikan bahwa yang kau rindu masih menunggu untukmu?

Atau kau kelewat tenang. Hingga kau tak pernah khawatir sedikitpun?

Kini, jika kau tak bisa menyelami mataku, maka berkacalah selami sendiri matamu.

Tanyakan pada muara terdalam hatimu, adakah kau serela itu untuk melepaskan?

Sementara ombak terus berkecamuk di samping kita. Apakah kau hanya akan menengadah ke atas tanpa terlebih dahulu mengembangkan layar atau mempertahankan kemudi?


Temukan jawabanmu, dan ceritamu akan sangat ku harapkan . .

Kamis, 03 Maret 2016

Perundingan

apa yang sesungguhnya sedang ku lakukan?
apakah benar aku hanya sedang memaksakan genggamanku.
aku takut ada yang hilang dari salah satu diantara kita.

mungkin dulu aku terlalu rapat mendekap.
dan ketika perlahan jarak melonggar
sepeti ada yang mulai hilang

sepertinya aku tidak seperti itu.
aku sudah tidak terlalu reaktif pada apapun yang sedang dilakukannya
aku sudah tidak berkobar jika tersulut
aku mencoba mengendapkan dulu semuanya sendirian

namun bagaimana jika akhirnya ini semua meledak
pecah di hati
dan berlinangan menjadi air mata yang tersembunyi?
aku juga tidak sekuat karang
atau setabah hujan bulan juni

yaa akhirnya memang hanya bisa mencurahkan hati

dan menentukan langkah apa yang sebaiknya dilakukan kemudian
dengan sebuah perundingan sederhana