Kamis, 30 April 2015

Janji para Lelaki

Suatu masa, kala sedang dalam situasi yg sgt rumit dan emosional..
Dengan derai air mata kami berdua, dalam pelukan yg dalam.
Papa berjanji utk selalu menjaga kami, utk tidak pernah meninggalkan .
Itu, janji. Janji seorang lelaki.

Kini, kala sedang dalam situasi yg tdk seimbang dalam byk derai air mata, dzikir dan doa.
Dia berjanji utk tdk jauh dan akan menjemput pergi.
Itu, janji. Janji seorang lelaki.
Tapi agaknya aku menjadi goyah. .
Sebab aku merasa dikembalikan pada titik dimana segala tdk pasti. Bahkan pada janji itu, spt kosong.
Paham, sangat paham. Ini kondisi kala jaminan memang tak pasti.
Kepastian yg dimaksudkan adalah kepastian akan janji. Kedalaman memegang erat janji. Kekuatan utk mewujudkan janji.
Yang sekarang ku rasakan, aku spt dilarungkan pada aliran sungai.
Akhirnya tdk ada satu hal yg bisa ku pegang darinya.
Banyak yg ku pengan dariNya. Tapi tdk dr dia.
Aku merasa berat dgn pelarungan ini? Ini berat, tpi sesungguhnya aku tenang. Namun, ada sisi yg membuatku resah. . Bahwa tdk semua perasaan bisa kau larungkan begitu saja. Pun harapan.
Harapan tiga tahun yg ditumbuhkan, menjadi tdk ada apa2 . .
Krn ketidakpastian dan jarak ulur yg tdk jelas.
Aku jdi mempertanyakan keyakinannya . .
Karena dia tidak siap, mgkn dia sdg tdk yakin lagi . .

Senin, 27 April 2015

Maaf

Maaf, jika ternyata aku memberatkan langkah mu memperbaiki diri..
Astaghfirullah :'(
Inginku membuatmu lbih baik, tpi ternyata tdk yaa . . Dan malah mbuat tdk tenang. Mohon maaf . .
Segala sikap beratku, membuatmu tdk mudah?
Aku yg salah yaa . .
Trnyata benar yaa apa yg dimaksudkan teman2 sejak dulu,
Bahwa aku yg menarikmu pada keburukan. Astaghfirullah . .
Sama sekali tdk ada niat dan maksud demikian.
Mohon keridhoannya utk memaafkanku yaa . .
Selama ini kmu berada pd byk kesulitan dan terpojok krn ku.
Maaf . . Maaf. .

Jumat, 24 April 2015

Mencari tenang yg hilang

Ada kalanya kita berada di antara gerimis hujan. Sedemikian luruh berlarut dlm suasana. Seakan semesta sedang berada pada ritme yg sama. Mengalun tenang . .
Namun ada kalanya kita di tengah hingar-bingar kota. Semua menderu dan berlabuhan secepat semampunya. Terik panas, suara-suara yg berebut nada. Tidak sempat utk sekedar bernafas dgn tenang. Semua bergejolak pada titik yg berdesakan.

Demikian hati. .
Ada kala nya dia lembut spt aliran sungai, ada kalanya dia berhentak spt pacuan kuda.

Kita sedang dalam satu fase,
Mencari tenang yg hilang . .

Aku tdk terlalu memahami dgn pasti definisi tenang. . Apa kah benar kita slalu dlm satu kondisi yg sama?
Ku pikir tidak.
Semua ini tidak akan sama, semua berdinamika. Juga hati kita.
Ketenangan sederhana yg plg bisa terukur adl ketika kita merasakan keriuhan . . Kita tau kmn kita pulang.
Kita tau kita masih punya cara utk kesana. Kita tau kita masih mampu menjangkaunya.

Tenang bukan ketika tidak ada apa-apa . .
Hidup selalu menawarkan byk rasa. Khawatir, cemas, gelisah, resah, hingga haru dan bahagia.
Kita selalu akan merasakan itu.

Jika kita membatasi ketenangan adl ketika semua baik2 saja . . Ketika semua lancar dan tdk ada apa2, maka kita salah. Tenang bukan demikian.

Tenang adl ketika kita mampu mengingat Allah dlm apapun keadaan.
Itu tenang . .

Kesibukan mencari ketenangan, bisa saja malah mbuat kita semakin tidak tenang . .

Kita punya hati dan otak . .
Pikiran dan perasaan.
Ketenangan ada di ranah perasaan, dan perasaan ini yg akan mgarahkan pikiran . .
Hati dan dzikir, spt ikan dan air.
Yg hanya bisa hidup jika dia hadir.

Melarikan diri dari keresahan bukan cara mencari ketenangan. . Dia hanya berlari meninggalkan persoalan. Tdk menyelesaikan persoalan..

Apakah kita sebuah keresahan?
Hingga menjadikan tdk tenang . .

Aku berharap keputusan yg tepat. Yg mendekatkan pada ketenangan yg ikhlas. Bukan luka baru . .

Selasa, 21 April 2015

24 jam kita

24 jam yg kmu miliki,
Tak lebih sedikit dr yg ku miliki . .
Sama. Detiknya, menitnya, jam nya.
Tapi entah bagaimana aku selalu tdk bsa memahami 24 jam mu.
Yg memang padat, atau padat dlm bahasamu saja..?
Melupa segala dan berkutat pada dunia yg kau punya.
Sperti tak pernah ada waktu utk sekedar bersapa . .
Bagaimana aku bisa mencegah ketika waktumu kau habiskan pada hal-hal yg kau suka?
Tidak. Aku tdk pernah bisa. .
Dan aku selalu gagal membuatmu menengok sebentar.
Aku selalu gagal memberikan pemahaman padamu bahwa seharusnya, waktumu kau bagi . .

24 jam kita akhirny berbeda.
Berbeda sudut pandang.
Aku jg tdk seluang itu. .
Aku juga punya duniaku . .
Aku masih bisa memiliki "waktu kita". Dan kau tidak.
Aku yg gagal memahamkanmu . .

Minggu, 12 April 2015

Sebuah Nama, sebuah Cita

Setiap kali saya berkenalan dengan orang baru, dan mengetahui namanya.. saya cenderung akan mencerna nama tersebut.
Jika namanya unik atau baru pertama kali saya dengar, atau terdengar indah, saya tidak sungkan menanyakannya.
Namun, tak jarang saya temui mereka yg tak tahu sama sekali tentang arti namanya. Bagi saya itu aneh, mengherankan. Bagaimana bisa tdk tau? Kata mereka, mereka tidak pernah bertanya. Pun orang tuanya, tidak pernah menjelaskan.

Bagi saya nama adalah satu hal seumur hidup anda yg tdk akan pernah berganti. Usia, kenampakan fisik, skolah, alamat, nomer telpun, bisa saja berganti kan? Tapi nama? Tidak.. dari akta lahir sampai nama di pertanda nisan, nama tetap sama.
Maka penting untuk memahaminya.

Sewaktu saya kecil, saya selalu antusias untuk bertanya apa arti nama saya. Atau kenapa saya diberi nama demikian? Awalnya karena na saya 'Sakti' terkesan spt nama laki-laki. Kan saya perempuan? Knp nama saya itu? Lalu disambung dgn nama yg sgt perempuan 'mutiara' dan dilanjut dgn nama yg tdk trlalu asing bagi sebagian khalayak 'evitasari'.
Mama, sama antusiasnya ketika menjelaskan bagaimana nama -hal seumur hidup akan saya bawa itu, akhirnya terangkai. Cukup unik..

Akhirnya saya tau apa arti nama saya.. kenapa saya harus tau?
Bagi saya, nama bukan hanya sekedar doa dan harapan dari orangtua.. nama adalah Sebuah visi yg ditanamkan orangtua bahkan sejak anak lahir.
Nama adalah pengingat dan pengikat pada kebaikan.
Nama bukan sekedar sebutan.
Nama adalah Amanah. Amanah dari orang tua kepada anaknya.

Sakti, awalnya mama ingin nama anaknya ditulis dalam huruf sansekerta yg jika dibaca menjadi Scakti, artinya adalah permaisuri. Itu kata mama. Namun, krn penulisan akta tahun 90an belum bisa.. maka jadilah Sakti. Seorang yg pandai mengatasi masalah, seorang yg kuat dan selalu berjuang. Mungkin terdengar sangat maskulin yaa? Tapi tidak bagi saya pada akhirnya, wanita memang harus kuat dan selalu berjuang.

Mutiara, awalnya papa menyiapkan nama rembulan. Tapi saya lahir dgn mata sipit berkerling lucu -kata papa. Maka, mutiara dipilih mama krn dianggap lebih cocok. Mutiara, adalah perhiasan yg terjaga. Dalam al qur'an pengandaian sesuatu yg berharga itu spt mutiara yg terjaga.

Evitasari, ada fenomena dri nama ini. Kakak perempuam saya baru berusia 4tahun ktika saya lahir. Anak kecil yg belum fasih berucap huruf  R itu sudah beraninya mengusulkan nama utk adik bayinya. Katanya, nama adiknya harus 'dik Evi'. Ajaib, entah dia mendapat wangsit dari mana.
Evi, artinya adalah perempuan yg jelita.

Potongan-potongan nama itu akhirnya dirangkai oleh tante.. jadilah Sakti Mutiara Evitasari.
Sari berarti suci. Yaa . . Wanita memang berharga ketika pandai menjaga kesuciannya. Seperti kisah siti maryam.
Agar mudah dipanggil maka diputuskan nama panggilan saya adalah Tiara. Tiara pun ternyata punya artinya sndiri. Tiara adalah mahkota tiga tingkat yg penuh permata. Mahkota, simbol penghormatan dan kehormatan..

Saya adalah wanita yg tdk hanya dipanggil perempuan. Karena saya, Sakti Mutiara Evitasari.
Seorang wanita yg suci dan terjaga yg selalu berjuang dan mampu mengatasi masalah.
Ini Amanah . .
Ma syaa Allah . . :')

Minggu, 05 April 2015

Cinta dan Islam

Ini hanya tentang cinta.
Bagaimana cinta harus disampaikan, diwujudkan dan ditebarkan.
Cinta itu bernama Keimanan. Dan keimanan saya telah dipilihkan oleh Allah dalam Islam.
Jadi islam adalah cinta, yg harus saya sampaikan, saya wujudkan dan saya tebarkan.
Saya sampaikan dalam setiap ucapan.. setiap doa.. setiap ibadah. Kemudian saya wujudkan dalam setiap langkah, perbuatan dan perilaku. Hingga harus saya tebarkan . . Kenapa? Karena cinta yg sendiri itu tidak menyenangkan, maka cinta harus dibagikan.
Dalam wujud saling memberi, saling menghormati, saling mengingatkan dan saling menyampaikan.
Subhanallah . . Cinta ini begitu indah.
Sayangnya, saya hanya pecinta yg belum sempurna.
Saya bukan manusia yg ahli kitab. Bukan manusia ahli quran. Bukan manusia ahli masjid. Bukan manusia ahli ibadah sunnah. Bukan pula manusia ahli dakwah.

Saya tau, mungkin saya bukan pembelajar yg baik.. padahal cinta itu harus selalu belajar. Harus selalu dikembangkan. Agar cinta itu semakin kuat dan cemerlang.
Yang terjadi pada akhirnya adalah, cinta-cinta inilah yg menggandeng langkah saya sendiri. Untuk lebih mengenali dan mendalami. Untuk tidak sekedar memikirkan tapi merasakan. Cinta dimana Allah sendiri yg mengarahkan.
Cinta yang Allah berikan sebagai fitrah -sebagai isi hati paling murni yg ada pada manusia.

Akhirnya saya menyadari, meski saya tdk banyak memiliki, cinta ini tak bisa berdiam diri. Cinta ini harus diberikan energi. Cinta ini harus memiliki arti.
Membagi sedikit hal yg saya miliki adalah perwujudan cinta, terkadang disini keberanian saya diuji.
Terkadang saya bertanya pada diri sendiri, pantaskah saya? Tentu saya jawab, tidak. Tapi kepantasan akan seiring dgn usaha kita utk berani mengambil langkah. Membuat keputusan yg sepertinya terlalu jauh. Satu hal yg tergambar ketika saya harus menjadi seorang penyampai : yang saya sampaikan adalah ttg cinta, terlalu sayang jika cinta ini hanya saya yg merasakan..
Saya hanya berharap agar org lain bisa jatuh cinta spt apa yg saya rasakan pada cinta saya ini.
Sangat sederhana.

Cinta ini Islam :')

Jumat, 03 April 2015

Cemas yg Belum Usai

Jika kau bertanya padaku, apa yg bisa ku tawarkan untukmu . .
Aku hanya bisa diam, Tuan.
Sesungguhnya aku tak begitu paham tentang apa yg ku punya.
Aku tak berani mengatakan padamu . . Bahwa apa yg kau butuhkan adalah apa yg ku miliki.
Aku tak bisa mengukur ketangguhanku ketika kau meminta ku bertahan atau malah melawan.
Aku tak bisa menilai keberanianku.
Aku tak bisa menerjemahkan sejauh apa kemampuanku.

Mungkin kau melihatku seperti kesan yg kau tangkap. .
Kesan yg ku harap itu kesan yg jujur.
Hingga kau mampu menerima segala salah dan kurangku.

Sejak awal . . Sangat awal. Masih kah kau ingat, Tuan..
Apa ketakutan pertamaku ketika aku mempertimbangkan utk memilihmu?
Yg ku takutkan adalah,
Aku takut mengecewakanmu . .
Aku takut kau terlalu berharap segala hal yg sempurna yg di luat batas wajat kemampuanku.
Aku masih ingat, betaka kau mempertahankanku . .
Menguatkanku dan menenangkanku atas perjalanan yg kau tawarkan.

Tuan,
Aku tau aku kuat.
Aku tau aku berani.
Aku tau aku mampu.
Tapi aku tak tau apa kadar yg ku miliki ini cukup?

Tuan, aku wanita . .
Aku punya air mata

Aku cemas . .
Dan Tuhan tau itu
Dia tau segalaNya
Bagaimana Dia selalu menerima air mata dan kekhawatiranku.
Aku selali mengharapkan kepanjangan tangannya agar menyentuhmu . .
Hingga kau bisa menjadi perisaiku
Dan mengatakan "Tak perlu cemas, semua baik-baik saja. Dan, Nona.. kau cukup bagiku. Jadilah dirimu, dan aku akan menerimanya. Aku akan menjadi diriku. Lalu kita perbaiki bersama . . "

Seperti Ungkapan Cinta

Seorang yg mencinta orang lain . . Terkadang mereka simbolkan pada suatu hal.
Bunga, misalnya. Ketika kata cinta tidak cukup mengungkap rasa yg sesungguhnya.. simbol cinta itu memang hendaknya dimunculkan.
Bunga . . Adalah tanda cinta seorang pada kekasihnya. Atau simbol kebendaan lainnya yg dia berikan sepenuh hati padanya.
Itu hanya sebatas pada cinta manusia. .

Allah punya caraNya sendiri, memberi petunjuk pada hambaNya utk mengungkapkan cinta.
Bagi seorang muslimah, tanda cinta yg seharusnya dia tampakkan pada Sang Maha Kekasihnya adalah dengan berjilbab (khimar atau apapun yg terkadang disebut hijab).
Berdalih bahwa iman itu dihati, lantas keindahan menutup aurat ditawar bahkan ditampik. Beralasan bahwa cinta pada agama dan Tuhannya itu cukup pada hal-hal yg berkaitan dengan batin, lantas kenampakan fisik tidak diungkapkan.

Lalu bagaimana dengan seorang yg memberikan bunga? Dia mengungkapkan rasa cintanya dengan suatu hal yg nampak . . Yang membuat senang yg diberi.

Cinta pada Allah . . Harus pula dinampakkan dengan hal yg nampak pula.
Esensinya memang dihati, namun.. bukan kah lebih indah jika diwujudkan dengan sesuatu yg Dia sukai?
Berjilbab, menjaga aurat . . Adalah simbol cinta kita padaNya.
Tanda bahwa kita menjaga apa yg diberikan pada kita sbg sebaik-baik makhlukNya .

"Seperti seorang yg mempersembahkan bunga . . Ini cinta, dan harus diwujudkan. . Bukan hanya dirasakan . . "