Minggu, 20 Desember 2015

Bahagia yg Berbeda

Ada hal yg membuat ini semua stabil . .
Yaitu penerimaan.
Setiap hal kecil selalu membuat bahagia. Sebab penerimaan atas hal hal sederhana yg tidak pernah kita lakukan bersama . .
Apa yg ku cari ternyata sesederhana itu.
Meski jika harus membandingkan tidak pernah seberapa besar, namun sebab hal sederhana itu darimu maka menjadi sangat membahagiakan. Memang terasa berbeda dan tak bisa dibandingkan :')

Bahagia . . Dan mimpi yg terlalu membekas .

Kamis, 10 Desember 2015

Masih Menjadi Rahasia

Kali biru dan awan-awan yg mengapung
Seperti menahan nafasnya

Angin yg bertingakahan pada pucuk-pucuk bunga,
Melambatkan hembusannya

Kemudian senja yg kemudian datang perlahan
Sedikit demi sedikit menabur aroma datangnya hujan

Hingga rintik demi rintik tercurah
Berpapasan pada kaca jendela
Hingga membentuk pola jernih yg gemerling

Dan siapa kah yg hendak datang pada nuansa itu?
Hingga seluruh alam bersambut pada keanggunannya?

Udara dingin mulai meninggi
Gemintang nampak malu-malu
Mgkn sebab bulan datang dengan kemegaham gaunnya

Siapa kah yg hendak datang di sebuah romansa itu?
Hingga seluruh alam menyambut penuh raya.

Perhelatan langit telah tersaji.
Bumi merunduk takzim.
Merapalkan doa yg juga terpanjat di hati yang bertemu.

Siapakah hati yg bertemu itu?
Mengapa jagad nampak begitu tenang dan lembut?

Nampaknya akan ada yg berubah mulai saat itu.
Alam raya menjadi saksi atas kerinduan yg bertemu.
Dan malaikat menaburkan kelopak doa diantaranya . .
Tak terlihat namun aroma dan nuansa ini menjadi bukti betapa kisah ini begitu penuh arti

Siapa mereka ?

Senin, 07 Desember 2015

Belajar Kata dan Rasa

Kata-kata . Adalah bahasa dan ktika dia terucap dg tidak jelas maka maknanya menjadi bias.

Berulang kali mengingatkan bahwa berhati-hatilah dalam berkata-kata bisa sangat menyakitkan . Bisa sangat membuat org lain menaruh harap.

Salah jika menaruh harapan adalah larangan. Setiap manusia punya harapan. Dan setiap harapan bisa muncul dari dirinya bisa dimunculkan oleh orang lain terhadap dirinya.

Maka berhati-hatilah kita dalam berkata-kata.
Ada yg bisa sangat percaya, ada yg bisa sangat tidak percaya dan kecewa.
Semua dari kata-kata.
Bisa kah kita menyalahkan org yg sakit hati krn kata2 org lain yg terlontar utknya ?
Tidak. Kita tdk bisa menyalahkan orglain yg terluka atau kecewa krn percaya pd kata-kata.

Hidup tidak sesoliter itu. Dan tidak hanya butuh hubungan transedental.

Cermati setiap kata-kata dan rasakan . .

ibu peradaban

sosok wanita tidak banyak muncul dalam sejarah peradaban dunia
tokoh hebat dunia tidak pernah berwujud wanita
sebut saja Soekarno sang revolusioner
sosok lelaki gagah yang tampil di panggung sejarah
merubah indonesia dan masa depan dunia
atau Hatta pahlawan yang memiliki janji
tidak akan menikah sebelum bangsa ini merdeka
leader intelektual yang memiliki koleksi 13.000 judul buku
bahkan dia adalah seorang sosok pemimpin yang menulis 150 buku
atau sebut saja sosok orang keren lainya
yang ternyata mereka adalah lelaki
semisal HOS Cokroaminoto
guru bangsa yang melahirkan orang-orang hebat
rumah yang dia miliki diisi oleh tokoh menyejarah
Agus Salim, Soekarno, Muso, dll
bahkan Soekarno menyindir Cokroaminoto
"adakah ibu yang dapat melahirkan pejuang sehebat Cokroaminoto?"
mereka semua adalah legenda

dibalik kehebatan kegemilangan para tokok sejarah
terdapat sosok wanita yang menamni
mereka adalah ibu yang melahirkan
mereka adalah ibu peradaban

ibu adalah nama lain dari kata perjuangan bagi wanita
betapa tidak
seorang ibu memiliki fisik yang kuat untuk mampu menenami ayah berjuang
seorang ibu pandai membagi waktu dan prioritas
seorang ibu memiliki rahim yang kokoh karena darinya akan lahir pejuang-pejuang tangguh
seorang ibu menjadi sekolah bagi pejuang-pejuang kecil
seorang ibu memasak untuk para pejuang yang kelelahan dalam berjihad
seorang ibu mengajari para pejuang dengan cinta dan kasih sayang
seorang ibu menjadi payung saat pejuang kehujanan
seorang ibu menjadi pohon teduh saat pejuang kepanasan
seorang ibu menjadi energi saat pejuang terjatuh
seorang ibu menjadi obat ketika pejuang keracunan
layaklah kalo peradaban ini dimulai dari ibu
dan inilah alasan mengapa pendidikan ibu lebih penting

sadarkah engkau . . para wanita . .
bahwa kau adalah ibu peradaban selanjutnya . .

Sabtu, 05 Desember 2015

Rahmat Semesta Alam

Suatu hari aku pernah berdoa pada Allah tentang permohonan agar diri yang lemah ini dikuatkan dan dipertemukan bersama dengan orang-orang yang ingin mencarii “jalan pulang” bersama.

Maka terjadilah, rencanaNya sungguh indah. Dipertemukanlah aku pada satu per satu manusia-manusia yang juga sedang mencari cahaya untuk menuntun pulang. Mengapa doaku terdengar sangat mulia, apakah kapasitasku sudah sampai setinggi manusia-manusia ‘alim yang sepertinya surga terlihat sangat dekat bagi mereka? Tidak. Aku tidak setinggi itu. Sebab hanya karena aku bisa merasakan bagaimana gelapnya jalan jika tanpa penerangan. Bagaimana takutnya berjalan sendirian tanpa ada kawan. Atau bagaimana resahnya jiwa ketika membutuhkan bantuan dan tidak ada sambutan. Bersyukur, aku tidak pernah merasakan itu. Tapi aku tau rasanya. Perasaan itu sangat mencekat. Ketakutan, keresahan atau mungkin kekecewaan, ketika semua itu berkumpul dan tidak ada orang yang mau mendekati, pasti sangat menyakitkan.

Aku bahkan tidak tau mengapa aku berdoa dengan senekat itu, bagaimana jika dalam doaku terselip kesombongan dengan rasa ‘sok mampu’. Semoga Allah memahamiku, tidak –Dia pasti memahamiku. Bahwa doaku hanya karena keinginanku bisa menjadi manusia bermanfaat. Aku hanya ingin menggambarkan islam yang indah. Islam yang bisa diterima dimana pun oleh siapa pun. Islam yang memang dihormati karena akhlaq pemeluknya.

Manusia manusia yang ku mohonkan itu datang dan pergi. Mereka ada mendekati dan sebisa mungkin ku sambut. Mereka pergi menjauh sebisa mungkin ku tarik ulang. Hanya agar mereka merasa ada seorang muslim –saudaranya yang peduli dengannya. Aku tidak akan mengatakan mereka adalah manusia yang tersesat dan penuh dosa. Mereka hanya manusia yang butuh ditemani agar mereka tidak sendiri dan mencari jalan pulang sendiri.

Tentang cahaya petunjuk? Bukan aku yang berkuasa, Allah yang akan menghendaki sepenuhnya. Aku hanya menemani dan menyampaikan, mengingatkan dan menyerahkan pilihan. Aku lah yang akan banyak belajar. Belajar untuk tidak egois dengan apa yang ku yakini. Belajar untuk bisa menerima pemikiran dan belajar bagaimana mengumpan balik apa yang perlu diluruskan. Belajar untuk tidak terlalu cepat memberikan prasangka pada manusia-manusia yang mungkin banyak menganggap manusia tanpa keimanan. Ini membuatku banyak berpikir. Sungguh bukanlah manusia tempatnya menggolongkan manusia lain, bukanlah tempatnya manusia untuk menghitung dosa dan pahala.
Bahkan kita sendiri pun, apakah bisa kita dengan sangat percaya diri mengatakan bukan manusia berdosa, memiliki banyak pahala lalu masuk surga? Tidak. Bukan tempat manusia untuk berpikir demikian. Lakukanlah yang terbaik dan Para Pencatat akan memaparkannya nanti.

Ini semua membuatku berpikir, suatu saat jika aku memiliki anak-anakku sendiri apa kah yang akan ku lakukan padanya. Aku ingin sekali menanamkan pada mereka bahwa agama adalah kesyukuran paling tinggi. islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Tidak akan benar-benar menjadi rahmat ketika pemeluknya tidak menunjukkan kasih sayangnya pada semuat ummat. Sungguh sangat ingin aku melihat mereka tumbuh dewasa dengan cara mereka masing-masing. Ingin rasanya mencetak mereka dengan berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sebab, mereka akan dibutuhkan di banyak lini masyarakat. Semoga mereka menjadi penebar kebaikan dan perantara cahaya hidayah bagi siapa pun agar semua orang tau, bahwa islam adalah sungguh rahmat seluruh alam.

Sembunyi

Tidak semua org bisa leluasa menunjukkan apa yg sedang dirasakan.
Ada yg cukup puas utk dirasakan sendirian.
Ada yg harus berderai-derai utk terpuaskan.
Atau malah ada yg harus berkabar-kabar ttg sakit hatinya, meski dia tidak pernah merasa puas.

Saya? Entah lah.
Saya memang bukan manusia penyendiri. Tapi saya tidak terlalu leluasa mengatakan perasaan saya.
Jika pun terlihat baik2 saja, tidak seperti kenampakannya.

Bahkan saya pernah menangis, dibelakang sedangkan suara saya terdengar riang.

Sudah sangat terbiasa memendam.
Kadang saya sangat rindu utk ditanyai ttg perasaan saya . .
Apakah saya sdg baik-baik saja?
Seandainya . .