Kamis, 24 September 2015

Mamah :')

Ada hadiah yg selalu mamah berikan sesuai kami shalat berjamaah . .
Mamah selalu memintaku utk jdi imamnya. Dalam perhitungannya aku lebih paham darinya. Padahal belum tentu juga.
Diusai sholat, aku selalu meletakkan tangan mamah di atas kepalaku. Aku memohon pada mamah utk berdoa hanya utkku saja. Tidak jarang aku selalu basah didalam pelukan dan tangannya yg diletakkan di ubun-ubunku.
Selalu begitu.. akhirnya mamah hafal dgn ritual itu, dan tanpa ku minta mamah sudah meletakkan tangannya dan berdoa.

Hari ini, hari raya qurban..
Diakhir doa, aku bercerita pada mamah bahwa ada yg mengingatkan utk berdoa agar bisa merasakan idul adha di tanah suci. Mamah tau siapa, krn aku menyebut namanya.
Mamah, lagi2 berdoa ttg apapun itu tapi aku bisa menebak salah satu bait doanya.
"Mah, semoga adik bsa kesana sm suami yaa . . "
Mamah mjawab " semoga seseorang itu ya, dik . . (Mamah menyebut nama)" dan dilanjutkan aamiin dariku, mohon doanya ya mah..
Mamah menambahkan "mamah sudah jatuh cinta sama seseorang itu (mamah menyebutkan nama itu lagi).."
Aku tersentak sekaligus bahagia tapi berbalut rasa tersipu.

Lamat-lamat terdengar ceramah yg tak terlalu jelas sebab sound yg tak trlalu bagus. Kami mendengar kalimat dg terpenggal-penggal. Tentang anak sholikhah . .
Kemudia mamah mengelus pundakku dan berkata "adik anak sholikhah . . "
Menetes air mataku, aku menengadahkan tangan dan mengAamiin nya.

*saat itu mbak titis sdg terpisah dari kami*

Jumat, 18 September 2015

Percaya

Kamu tau apa arti kata "percaya" ?
Adalah ketika mata tidak mampu menangkap citra, dan telinga tidak mampu mengumpulkan suara . .
Namun, hatinya percaya bahwa ada doa yg selalu dikirim utknya. Hingga semua terasa menenangkan :')
Dia tdk tau apakah memang ada doa utknya, tapi dia percaya kekuatanya menempuh apapun itu krn doa yg dikirimkan . .

Selasa, 15 September 2015

Rembulan pingsan dan pasrah tenggelam di kedua matamu . .
Hingga bersyarat bahasa yang tak semua paham . .
Rembulan semalam yg berbicara di kedua telaga itu . .
Terbaca hanya pada hati yg membuka dirinya untukmu

Fase 24 jam

Kamu pernah menjadi pagi
Menjadi langit yang menerima cahaya pertama.
Yang sejenak tenang kemudian menyerap semua suara alam yang terbangun.
Begitu pula pada embun yang tetiba menjadi hilang, terangkat menjadi kabut.

Kamu pernah menjadi siang.
Ketika udara menjadi getar dan panas terlalu tajam.
Hingga tak mudah bagiku mencerna apa yang coba diisyaratkan matahari.
Sepertinya saat itu terlalu riuh untuk hanya sekedar mendengar suara hati.
Yang sedikit melirih karena ingin jadi perhatian

Kamu pernah menjadi senja.
Yang mulai tenang dan membuat lupa pada luka.
Menenggelamkan wajah pada peraduan.
Mencipta udara yang kembali sejuk utk menawarkan peristirahatan yang nyaman.
Hingga langit bisa kau ubah warnanya menjadi sangat rindang.

Kamu pernah menjadi malam.
Yang membawa semua kenangan. Dan mengubah bentuknya. Entah dihilangkan atau disembunyikan.
Menjadikan dingin mulai terasa.
Hingga bersembunyi di dalam rumah adalah tempat yang paling nyaman.

Entah, apakah akan menjadi pagi?

Senin, 14 September 2015

Kita sama. Kita manusia. Kita punya rasa. Tapi rasa itu yg mungkin berbeda.
Kita punya keyakinan. Tapi mungkin keyakinan itu berbeda. Kita punya rencana. Tapi mungkin rencana itu berbeda. Kita inginkan yg terbaik. Tapi terbaikmu dan terbaikku, mungkin tdk sama.
Kita sama tenangnya. Kadar tenangku dan tenangmu mungkin berbeda. Kita sama pahamnya. Tingkat pahammu dan pahamku mungkin berbeda.

Jumat, 04 September 2015

Diri dan kehadiran

Aku menyadari, betapa byk kesalahanku dalam menyikapi suatu hal.
Aku tau bagaimana seharusnya,
Namun sikap atau reaksi yg serta merta nampak adl yg kebalikannya.
Maka sesungguhnya, aku belajar utk tidak reaktif.
Aku lupa, bahwa trkadang sikap netral itu diperlukan.
Sikap utk mencerna.
Sikap utk memahami.
Maka sesungguhnya, aku sgt butuh peredam..
Yg mengingatkan ku utk diam sejenak dan membiarkan semesta bekerja dg sendirinya tanpa aku trlalu byk turut campur.
Yg menjadi penguat ketika semua daya telah habis dan hanya tersisa air mata.
Yg mungkin menjadi kawan perjalanan. Utk menunjukkan jalan dari byk pertimbangan. Membantuku memutuskan suatu hal.

Sekarang, sepertinya aku sedang menikmati diri utk menghabiskan energi dan mengumpulkannya dg cara yg ku bisa.
Menghimpun energi dari orang-orang yg bisa ku ajak bicara dan tertawa.

Akhirnya, aku semakin paham.
Aku tidak bisa sendiri.
Selengkap apapun Allah menyajikan dirinya dlm kesempurnaan.. manusia tetap membutuhkan manusia.
Sejauh ini . . Baru ku sadari, aku lebih banyak sendiri di beberapa waktu.
Memang, dinikmati dan disyukuri.
Ada kalanya lelah dan rasa membutuhkan itu bertambah.
Aku tdk sedang meniadakan Allah yg lbih dekat dari nadi.
Tapi sosok yg artificial kadang juga berarti.