Jumat, 04 September 2015

Diri dan kehadiran

Aku menyadari, betapa byk kesalahanku dalam menyikapi suatu hal.
Aku tau bagaimana seharusnya,
Namun sikap atau reaksi yg serta merta nampak adl yg kebalikannya.
Maka sesungguhnya, aku belajar utk tidak reaktif.
Aku lupa, bahwa trkadang sikap netral itu diperlukan.
Sikap utk mencerna.
Sikap utk memahami.
Maka sesungguhnya, aku sgt butuh peredam..
Yg mengingatkan ku utk diam sejenak dan membiarkan semesta bekerja dg sendirinya tanpa aku trlalu byk turut campur.
Yg menjadi penguat ketika semua daya telah habis dan hanya tersisa air mata.
Yg mungkin menjadi kawan perjalanan. Utk menunjukkan jalan dari byk pertimbangan. Membantuku memutuskan suatu hal.

Sekarang, sepertinya aku sedang menikmati diri utk menghabiskan energi dan mengumpulkannya dg cara yg ku bisa.
Menghimpun energi dari orang-orang yg bisa ku ajak bicara dan tertawa.

Akhirnya, aku semakin paham.
Aku tidak bisa sendiri.
Selengkap apapun Allah menyajikan dirinya dlm kesempurnaan.. manusia tetap membutuhkan manusia.
Sejauh ini . . Baru ku sadari, aku lebih banyak sendiri di beberapa waktu.
Memang, dinikmati dan disyukuri.
Ada kalanya lelah dan rasa membutuhkan itu bertambah.
Aku tdk sedang meniadakan Allah yg lbih dekat dari nadi.
Tapi sosok yg artificial kadang juga berarti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar