Di langit lapis ke tiga inilah tersimpannya semua kenangan dan kata-kata. Dari sana, terpiaskan pelangi yang terbentuk dari banyaknya partikel kenangan dan atom-atom rasa dari tiap kata.. Selamat Datang pada Langit ke-3 yang tak berujung, sebab makna telah merangkaikan luasnya
Sabtu, 31 Agustus 2013
"Pesan yang Dititipkan"
Sebab sebuah keterbatasan, maka ritual berkabar menjadi sangat berkurang. Dan memang dikurangi. Bukan karena ingin saling menjauhi, tapi pada karena kecintaan pada Sang Maha Kasih, hingga harus berjalan pada jalan yang berbatasan dan dibatasi.
Ritual berkabar, ternyata terbukti sudah, bahwa sebuah kabar tak harus disampaikan dengan sesuatu yang terlalu nampak.
Pejamkan mata. Berbisiklah dalam hati. Dan percayakan padaNYA untuk menyampaikan sebuah gelombang dalam hati pada hati yang lain. Betapa akan terlihat, sebuah ketulusan akan mampu menembus apa pun. Jarak, sarana, waktu, bahkan logika. Karena dalam ketulusan itulah Dia menurutkan keajaibannya.
Berisyaratlah, dan terbukalah pada tiap isyarat. Dia akan mengatur segalanya..
Kamis, 29 Agustus 2013
Pertanyaan yang Belum Terjawab
“Ya’, aku mau tanya.. kadang aku mikir. Bagi orang yang belum pernah merasakan ice cream, dia gak akan tau betapa enaknya ice cream, tapi bagi orang yang sudah tau rasanya dan ketika dia disuruh tidak makan ice cream lagi pasti sulit kan? Karena ice cream itu bisa bikin gigimu bolong, makanya kamu gk boleh makan ice cream lagi. Orang yang belum pernah tau gimana enaknya ice cream pasti kalo diminta tidak makan ice cream, pasti gak susah kan.? Dan aku sekarang sedang sangat pingin makan ice cream lagi. Gimana ya Ya’, biar gak kepingin ice cream lagi? Kamu paham maksudku kan?”
Dan aku yang ditanyai hanya diam dan tersenyum.. menjawab sederhana, “Iya, paham banget. Karena aku suka ice cream dan tidak boleh makan ithu lagi.”
Kawanku ini, memang tidak seorang yang sangat dekat. Bahkan tak banyak yang tahu bahwa kami beberapa kali ngobrol bersama dan membicarakan hal-hal yang serius –tentang hati dan pandangan hidup. Dan aku selalu yang menjadi subjeknya bertanya banyak hal. Entah mengapa. Dan pertanyaanya siang itu, seakan membahasakan apa yang tidak bisa ku katakan pada siapa pun. Dia seperti membaca hatiku, namun padahal dia sedang bertanya pendapatku.
Kenapa tiba-tiba dia datang dan bercerita, lalu meminta pendapatku. Sempat terpikir untuk memberinya beberapa saran yang sedang ku tancapkan dalam hati juga untuk “mengurangi” makan ice cream. Tapi, ku urungkan, sebab aku juga sedang membiasakan diri untuk itu, jadi apa gunanya ku katakan pada kawanku ini.
Heran, dari sekian banyak benda yang bisa dikiaskan pada ceritanya, mengapa harus ice cream? Sepertinya... Allah.. hm, entahlah.
Pembicaraan kami berhenti, dan aku yang mengakhiri. Karena tempat dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk berbagi cerita, terlalu ramai. Hm.. semoga ia tak menanyakannya lagi, selama aku juga mencari jawabanku sendiri.
Allah, mohon ampuni kami....
thank you for asking me, Tif..
Sabtu, 24 Agustus 2013
Setangkup Kue Bahagia
Hanya setangkup kue kecil berwarna coklat, dengan hiasan coklat putih dan krim gula yang berwarna indah. Bersama sebatang lilin yang telah membagi dirinya menjadi pendar yang anggun. Langit 15 juli yang tenang, angin yang berhembus dengan lembut menyelisik sulur-suur markisa. Dalam tangkupan itu ku bawa serta segala doa untuknya, tepat dalam hari kedewasaanmu. Tak terlalu binar seperti yang direncakan kebanyakan orang-orang, bertabur lampu dan hingar suara musik yang memenuhi ruangan. Cukup bagiku, nyala lilin dan langit berbintang yang menjadi hiasan. Serta gemerisik angin yang berlalu sebagai pengiring sabda alam.
Tidak kah dia tahu bahwa dalam tiap hitungan langkahnya mendekati setangkup kue ku, aku memandangi hatinya yang terus bermunajat. Menghitung jejaknya seperti menghitung debar yang nyaman. Bersama seringai senyuman yang hangat dan tetesan air mata yang tak nampak, ku ulurkan setangkup sederhana itu. Dan tiupannya membuat lilin itu berhenti membakar diri. Apa dikata, aku tak tahu apa yang ada dalam hatinya. Cukup bagiku melihat senyumnya yang kian dewasa, seperti aku percaya langkahnya akan semakin tegap dan matang menapaki jalan-jalan perbaikan.
: Selamat atas tertiupnya lilin bahagiamu. .
Bukan sebagai pertanda gelap, namun pertanda kau siap menyalakan yang baru dan lebih baik nantinya.. ^_^
~you
so, i do know how this felling goes to be
to be something that might be You -God always on our way
keep holding us, just like you made Adam and Hawa find out each other in the right way
Jumat, 23 Agustus 2013
Kamis, 22 Agustus 2013
Hanya 30%
Malam itu,
Purnama sungkan padamu.
Lapis-lapis gaunmu mencemburuinya
Semua sinar meresap ketika kau lewat.
Beberapa terpantul,
Beberapa kau simpan.
Serumpun kembang
akrab dalam genggaman,
Bunga yang ibumu belikan untukmu tadi siang.
Dalam arahmu, ada yang menanti
Seakan bertanya,
kapan kau sampai disini?
Kaki menapak, menghitung
Satu-satu jejak yang akan kau jumpa
Punggung yang anggun, meghitung
Satu-satu jejak yang kau tinggalkan.
Mata yang penuh binar dan kaca,
Menatap lurus padanya
Seakan berkata
Aku datang…
Dan aku, menikmatimu dari belakang
Hanya menyimpan semua bayang
yang semakin hilang
akhirnya, aku hanya jadi tamu undangan
SI KECIL DAN SETANGKUP SARANG BURUNG
Lagi-lagi si kecil yang senang berpetualag, kembali melakoni petualangan kecilnya. Kini dia tak lagi mengajak sepeda mini roda tiganya. Kini kaki si kecil mulai panjang dan dia sudah cukup berani untuk naik sepeda yang lebih tinggi dan beroda empat –ya, dengan sepasang roda bantu di sisi kanan dan kirinya. Bagaimana suara sepedanya? Jangan ditanya, berisik bukan kepalang. Ketika si kecil dengan sepedanya yang berwarna putih melintas di gang rumahnya suara roda bantunya yang tergesek aspal yang tidak rata itu bisa-bisa membangunkan anak tetangga yang tengah tidur siang, dan mereka sudah tahu pasti bahwa itu adalah suara sepeda si kecil. Si kecil tak peduli, dia terlalu senang bermain dengan sepedanya itu, bermain dengan angin yang terus menyepuh anak rambut dan poninya.
Kali ini, kemana si kecil mengayuhkan sepeda putihnnya? Satu tempat yang paling si kecil sukai sejak dulu. Adalah sawah yang berada di sebelah perumahan tempat si kecil tinggal. Sawah yang riuh, oleh gemerisik angin yang menyapa daun-daun padi, belum lagi suara cericit burung gereja yang menghampiri padi-padi yang merunduk, kemudian suara gemericing lonceng kecil milik pak tani untuk mengusir burung-burung itu, dan jika dia beruntung, si kecil akan bertemu dengan sekawanan bebek yang sedang digiring oleh pak peternak. Si kecil senang sekali duduk di tepi sawah itu, menikmati banyak hal yang bisa dia lihat dan merasakan angin yang menari-nari seakan ingin mengajaknya terbang.
Sekumpulan jerami dan daun-daun kering itu berbentuk seperti mangkuk yang tengahnya terbentuk cekungan. Si kecil yang makin penasaran mengambil benda tersebut, merekahkan cekungan itu sedikit. Dan, Hei! Dia ternyata menemukan sarang burung. Dan yang membuat si kecil makin girang adalah tidak hanya sarang burung, tapi juga ada tiga ekor anak burung yang mencericit lemah.
Dilihatnya lagi, nampak sebutir telur burung yang sudah pecah terburai di sarang itu.
Selama ini si kecil tak pernah melihat sarang burung sedekat ini, bahkan sekarang dia dapat menyentuh sarang burung di setangkup tangan mungilnya. Ini seperti harta karun yang megah bagi si kecil. Merasa senang sekaligus iba, si kecil membawa sarang burung itu pulang. Dia taruh sarang burung itu di keranjang sepeda putihnya. Wajahnya berseri bukan kepalang! Sambil menyanyi riang si kecil mengayuh sepedanya pulang, tak sabar ia memamerkan apa yang ia temukan pada ibunya.
Kini si kecil sampai rumah, tak sabar langsung dia membawa setangkup sarang burung itu pada ibunya. “bu! Lihat apa yang adik bawa.!!!” Teriak si kecil sambil berlari menuju ibunya di dapur. Ibunya kaget, mendengar teriakan si kecil yang riang. “apa, dik?” tanya ibu heran. “tarraa..! sarang burung dan ada bayi burungnya!! Hahaha”. Jawab si kecil riang. “kasihan bu, dia gak punya mama, egak tau kemana mamanya. Tadi sarang burungnya ada di tengah jalan. Adik kasihan, nanti bayi burungnya mati gak punya maem. Adik kasih maem ya, bu..? adik minta uang, mau beli bubur bayi. Kan dia masih bayi, jadi pasti maemnya bubur bayi..”. ungkap si kecil mengemukakan idenya. Si ibu tertawa, “dik, nanti kalo sarangnya dibawa adik, ibunya nyari.. kasihan. Dikembalikan aja ya?”. Langsung si kecil menolak, “egak mau, bu.. gak bisa dikembaliin, pohonya tinggi kok, adik gak bisa. hehe”. Akhirnya ibu mengalah, dengan memberi si kecil uang untuk pergi ke warung membeli bubur bayi. “dik, tapi sebenernya burung makanya cacing, egak makan bubur..”. si kecil berpendapat lagi, “kan mereka masih kecil bu, nanti keselek kalau maem cacing, kan gak bisa ngunyah..”
Sorenya, setelah bangun tidur siang, si kecil menengok lagi sarang burungnya. Sedih nian hati si kecil, ketika menemui anak-anak burung yang kecil itu lemah terkulai tak berdaya dan tak lagi bernafas dan dikerubuti semut-semut. Si kecil, sedih... dan berbisik pada anak-anak burung itu, “maaf ya burung...” wajahnya muram seperti mendung di langit yang kelabu.
Sabtu, 17 Agustus 2013
Si Kecil dan Kakek Kesayangan
DIA yang Maha Menghindarkan
Ini adalah kisah sederhana, namun dari sana ditemukanlah sebuah cara Allah menjaga dua insan.
Sampailah mereka ke sebuah toko baju yang ramai dan sudah bisa di pastikan didominasi kaum Hawa. Ya.. akhirnya mereka memilih-milih baju, dan sebagainya. Uhm.. tentang apa yang ada diperasaan masing-masing? Suatu saat akan diungkap, namun tidak pada tulisan ini, sebab bukan itu fokusnya.
Hm. . Allah Maha Rencana,
Allah... Berbicara tentang rencanaNYA, bahkan kita tak sanggup. Sungguh ketidaksangkaan yang ada.
Allah mengajarkan, jangan pernah mengingkari janji baikmu sendiri. Mungkin kali ini Ia “melindungi” namun entah bagaimana pelajaran di saat yang lain ketika mereka mengingkari janji mereka untuk ke dua kali.
: Berjalanlah kita dengan perlahan dan hati-hati, yang terpenting adalah terus berjalan dengan lurus dan istiqomah terhadapnya.
Jumat, 16 Agustus 2013
ES KRIM
Suatu hari, aku melihat anak kecil merengek ingin segera mendapatkan es krimnya. Dia merasa telah menunggu sangat lama untuk mendapatkan manis es krimnya,Dan aku dalam hati, berkata : nak, suatu saat ketika kau beranjak dewasa ketika kau menginginkan “es krim” kau harus menunggunya begitu lama, bahkan bertahunan. Penantian itu akan terasa sulit memang. Namun, ketika nanti kau telah mendapatkan “es krim” itu dalam genggamanmu kau akan merasa sangat bahagia dan merasa penantianmu adalah hal yang memang patut dilakukan untuk mendapat “es krim” termanis yang kau inginkan.. maka, bersyukur dan bersabarlah.
Kamis, 15 Agustus 2013
Hulu Kenangan Bermuasal
ساواريا
Saawariya, sedang waktu terus melaju dihadapanmu. Menggenangkan kenangan yg terus mengalir. Hingga harus menahan apa yg selalu ingin tertuang dlm kata.Saawariya, tidak sebentar waktu yg kita pacu. Bertahanlah kita dalam degub masing-masing. Hanya ada tanah dan langit. Serta Dia yg menjaga ikatan keduanya.
Sabtu, 10 Agustus 2013
Surat utk seorang adik
Adik, betapa pun aku dan kau sama. Kita sama2 seorang perempuan yg tak pernah ingin kehilangan. Apa kau mulai berpikir utk kehilangan seorang kakakmu?
Tidak, jgn pernah kau merasa demikian, dia tetap akan menjadi milikmu. Masih sama seperti sebelumnya, dia akan tetap menjadi kakakmu yg melindungimu, yg tetap setia menghantarkanmu, yg tetap bisa menjagamu, dan tetap bisa menampung ceritamu.
Aku paham, sesungguhnya keinginan kita sama. Sama-sama ingin berada disisinya. Yaa.. Tentu dengan posisi yg berbeda. Tenanglah, aku akan tetap mengingatkanny utk memiliki waktu bersamamu.
Bahkan, satu janjiku padamu. Bukan hanya dia yg akan menjaga, membahagiakan dan menahan air matamu.. Tapi aku juga akan demikian.
Bolehkah aku juga duduk disampingmu? Seraya kakakmu juga akan ada disisimu?
Menyeduh senja bersama..
Rabu, 07 Agustus 2013
Menunggu kabar
Menanti sebuah kabar dr seberang.. Berjuta2 detik yg perlu diterjang. Hanya demi sebuah kalimat : semua baik2 saja. Namun kiranya, kabar itu datang tak tepat pada waktunya. Hingga segala resah menampakkan wujudnya.
Dan, apa kah ini benar2 baik2 saja.. Atau ada yg sedang terjadi diluar kendali? Bergenggam aku padaMu, Tuhan..
Lemah sudah degub menunggunya pulang. . Meski tak lelah berharap pintu segera terketuk dan dia hadir di ambangnya menyeringai senyuman senja..
Selasa, 06 Agustus 2013
Dalam doaku
Dalam doaku, shubuh ini kau menjelma langit, yg semalaman tak memejamkan mata.
Yg melengkung bening siap menerima cahaya pertama..
Yg meluas hening siap menerima suara-suara...
Dalam doa malamku, kau menjelma denyut jantungku. . .
*sapardi djoko damono