Sabtu, 17 Agustus 2013

Si Kecil dan Kakek Kesayangan

Bagi si kecil, bunga yang dia petik dari perjalananya bersepeda adalah sesuatu yang paling indah. Sekarang, ketika si kecil tak lagi kecil, dia mulai mengerti bahwa bukan hanya bunganya yang membuatnya bahagia, namun teman masa kecilnya yang selalu sabar menemaninya melakukan penjelajahan sederhana dengan sepeda mungil dan mencari berbagai macam bunga.
Si kecil, berbicara tentangnya sama halnya ketika berbicara tentang anak perempuan kecil. Berponi, berkucir dua, senang pakai sepatu dan topi taman, dan sangat suka mencari bunga. Seperti kebanyakan anak kecil, dia juga susah makan. Bukan tidak mau makan, tapi makannya lama nian, bukan lagi hitungan menit tapi jam. Ibu si kecil adalah seorang guru, ayahnya juga bekerja, kakaknya sekolah, jadilah si kecil selalu diantar di rumah kakeknya dan siangnya akan dijemput untuk pulang ke rumahnya sendiri. Karena sungguh lamanya si kecil makan, ketika ibu si kecil tidak selesai menyuapinya, kakeknya lah yang turun tangan. Apa yang dirasakan si kecil? Sungguh bahagia! 

Disamping dia memang suka disuapi, terlebih jika bersama kakeknya. Kakeknya akan mengajaknya berpetualang dengan sepeda mini si kecil, berkeliling sembari menyuapi si kecil. Dengan sangat sabar dan selalu dengan wajah yang menyenangkan kakeknya menuruti kemana si kecil menggenjot sepeda mininya. Si kecil akan sangat siap, dia akan mengenakan sepatu dan topi taman yang berenda dengan motif bunga-bunga kecil. “Ayo kakek! Kita sepedaan...!!” dengan senyum yang lebar, karena dia tahu bahwa dengan berpetualang itu makan tak lagi menjadi peristiwa yang membosankan. Kakeknya dengan celana olahraga, bertopi, dan pasti membawa sarapan si kecil dan botol minum itu pun juga berseringai damai, “ayo..!!”
Keranjang sepeda mini si kecil yang tadinya kosong, sesaat kemudian akan penuh dengan berbagai macam warna bunga. Dari bunga rumput yang banyak dilupakan orang, sampai bunga yang indah menawan, semua ada di keranjang sepeda mini si kecil. Yah, walaupun sepertinya memang makan si kecil tidak menjadi cepat, tapi paling tidak, makan menjadi hal yang menyenangkan bagi si kecil.
Seringnya, bunga yang si kecil inginkan adalah bunga yang tak bisa terjangkau tangannya, jadilah  kakeknya yang memetik untuknya. Dengan penuh kesabaran dan wajah yang damai. Saat itu, si kecil tak paham apa kah kakeknya sudah lelah atau tidak, yang dia tau wajah kakeknya selalu tersenyum dan penuh sabar menyuapinya satu persatu. Barulah ketika sarapan sudah habis walau habisnya sarapan pun juga sudah menjelang siang, mereka pulang. Dan tentu dengan keranjang sepeda yang penuh dengan bunga. Si kecil sangat merasa senang dan puas! Bunga-bunga yang banyak itu biasanya akan dia berikan kepada neneknya, dengan seringai polos senyuman puas. Dengan sangat senang neneknya akan menerima bunga itu. Yang lebih puas lagi, akhirnya sarapan si kecil tandas sudah. Nanti, ketika ibu si kecil menjemput, si kecil akan bercerita perjalanannya bersama kakek dengan kata yang belum runtut dan penuh semangat, tak berhenti-berhenti hingga terkadang masih ia teruskan di atas sepeda motor menuju pulang ke rumah.
Kisah si kecil dengan kakeknya yang penuh warna, sama seperti warna bunga-bunga yang ada di keranjang sepeda si kecil, beraneka rupa cerita. Kini, si kecil yang telah dewasa memahami, betapa lelahnya kakek saat itu, menuruti genjotan mungil sepeda mini si kecil berkeliling, belum lagi panas yang tentu menimpa kulit kakek. Kini, ia mampu mengartikan segala senyum dan wajah damai sang kakek. Suatu kenangan yang luar biasa dalam. Dan semakin terasa terukir dalam ketika senyum sang kakek tak lagi bisa dia jumpai selamanya, tak lagi bisa dia ajak bersepeda bersama sambil mencari bunga..
Dia akhirnya paham, bahwa perjalanan itu menyenangkan bukan hanya karena bunga yang dia petik, tapi karena kakek yang menjadi sahabat perjalanannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar