Jumat, 23 Oktober 2015

Usaha Horizontal

Memintamu menarikku . .
Bukan berarti kamu harus membawaku pada satu tempat milikmu.
Menarikku adl membuatku tetap yakin dgn cara-cara horizontalmu.
Aku juga bisa apa pada hatiku?
Kalau kamu selalu menarik urusan ini vertikal. Aku juga tdk punya kuasa apa-apa. Bahkan utk sekedar bertahan.

Tapi hati kita tidak semengalir itu . .
Ada daya dan upaya "manusiawi" yg tetap harus dilakukan.

Aku, jika aku sendirian yg harus bertahan. Aku juga bisa apa . .
Seandainya kamu tau, betapa hati ini juga bersinggungan dg byk orang utk menarik di kutubnya, aku bisa apa..

Aku selalu ingin menyampaikan betapa ini "urgent" . . Tapi kmu tdk mau utk mendengar penjelasanya.
Yaa. . Aku dg "usaha manusiawi"ku tidak bersambut olehmu . .

Seyakin-yakinnya aku . . Selurus-lurusnya aku, aku tetap berjalan dengan byk manusia di kanan kiri nya . .
Siapa yg tau apa yg akan mereka perbuat dg langkahku yg lemah?

Janji dan rasa. Memang tdk semudah itu hilang dan terlupa.
Sekuat tenaga aku bertahan . .
Seorang kawan bertanya; akan kah mungkin berubah?
Aku menjawab; tidak, in sya Allah.

Lalu kenapa aku risau?
Aku butuh bantuan . .
Entah dr mana Allah akan membantuku,
Apakah dr arahmu? Sementara kmu diam . .

Kamis, 22 Oktober 2015

:'(

Ya Allah . . Hindarkan aku dari sikap membandingkan . .
Tata hatiku dan luruskanlah . .
Tetapkanlah pada awal yg telah terjalani. Jangan palingkan pada sesuatu yg tiba-tiba datang.

Ya Allah . . Pahamkanlah pada hatiku, utk bersabar.
Meyakini yg terbaik dan mengusahakannya hingga akhir.
Jgn pernah biarkan hatiku berada pada bimbang. Sebab jika memang hanya satu, maka teguhkanlah . .

Sabtu, 17 Oktober 2015

Menyusun Kepingan

Kamu . .
:')

Akhir2 ini aku mencoba mengendapkan semuanya. Berpikir tentang kita. Semua "roller coaster" yg kita lalui. Semua derai air mata dan luka. Semua senyuman, bahasa tanpa kata. Semua perjumpaan yg tak disengaja. Dan . . Semua pertanda.
Ditengah riuh kacaunya pikiranku yg berjejalan. Ternyata, aku selalu punya ruang untuk berpikir tentang kita dan meliputi segala ceritany.

Aku mencoba memahami apa yg terjadi. Semua gejala dan fenomena yg sepertinya sangat tdk bisa kita ukur dengan hitungan kita.

Aku mempelajarimu. Tentang sikapmu, caramu berpikir, caramu menyampaikan maksud, emosimu, rasamu.. semua.

Memahamimu berarti menjawabi sendiri semua pertanyaanku yg ku tanyakan pdmu, namun kamu tdk bisa menjawabnya.

Kini, aku menyusun semua kepingan yg kau berikan. Menyusun semua pertanda.
Satu tabir terbuka . .
Tentang "keyakinan"mu.
Ya Allah . . Aku salah besar menilaimu. Aku kecewa pd diriku sendiri. Aku menangis sangat dalam. Menangisi sikapku sendiri dan itu benar2 tangisan yg sakit, sebab malah tidak terurai di mata, namun pecah di hati.
Keyakinanmu yg dulu aku tanyakan itu sekarang aku memahaminya, in sya Alla walhamdulillah.
Aku seperti bsa merasakan sedihnya engkau, ketika aku mempertanyakan ttg keyakinanmu.
Intinya kamu hanya tdk yakin pada dirimu. Bukan tdk yakin utk memilihku.. begitu kah?
Dan aku malah "marah" dengan itu. Bukan malah membuatmu terbangun dan bergerak.
Ya Allah . . Maafkan aku yaa :'(

Sekarang aku jdi sangat paham..
Ternyata kamu memang sangat sulit membahasakan perasaanmu.
Dan maafkan aku yg terlalu terbawa perasaanku sendiri. Posisiku saat itu adalah aku merasa cemas dg ketidakyakinanmu, sementara langkah kita sudan panjang..
Aku tau, sekarang yg harus ku lakukan padamu adl membuatmu yakin pada dirimu sendiri utk bisa melangkah maju dan membawaku.

Ak belajar . .
Aku selalu berpikir keras utk memahamimu yg tdk mudah mengungkapkan maksud hatimu. .
Kesalahanku adl aku terlalu cepat bereaksi. Aku tau salahku, maafkan aku. .

Tentang optimisme mu, tentang semuanya yg pernah aku "pertanyakan" dan ku "ragukan".
Aku akan memahaminya . .
Dan aku paham.
Kamu, aku harap belajar juga. Menggunakan bahasa utk mengungkapkan rasa.

Rabu, 07 Oktober 2015

Purnama

Kemana kah larinya para angin?
Kau berkata
Mereka menuju purnama
Mereka mencari kedamaian dari cahayanya

Tidakkah angin cukup damai dengan dirinya yg bisa bersinggah kemana pun?
Aku bertanya.
Tidak, katamu
Setiap yg berkelana akhirnya butuh tempat untuk menetap
Para angin memilih mati di pangkuan purnama.
Akhirnya, angin pun harus memilih tempatnya berhenti.

Lalu,
bagaimana denganmu, wahai jiwa yg berkelana ?
Tanyaku.
Kau diam. Menatapku.

Selasa, 06 Oktober 2015

Perfection

Perempuan dan kesempurnaan.
Ada apa sesungguhnya dua kata itu?
Apakah mereka saling melengkapi?
Atau sebab akibat?
Atau timbal balik?
Atau antara pertanyaan dan jawaban?

Sempurna. Siapa yg tdk ingin? Sayangnya sempurna dipandang dari mata sebelah kanan saja. Ketika semua yg baik menjadi satu tanpa cela..
Bagi manusia, sempurna bukan demikian.

Bagaimana jika memandang Kesempurnaan adalah keutuhan?
Ketika manusia dipandang dgn cara yg utuh, maka bukan tdk mungkin manusia itu sempurna.
Sempurna bukan krn kebaikan tanpa cela. Tapi sempurna karena dia utuh.
Utuh sbagai makhluk yg memiliki byk sisi.
Seburuk-buruk manusia tidak mungkin seluruhnya buruk. "Titik Tuhan" yg Dia titipkan di hati manusia pasti tetap ada.
Sebaik-baik manusia tidak mungkin seluruhnya baik. Ada unsur hewani yg tetap dimilikinya.
Ketika keutuhan itu dipandang dan diterima sbg kesatuan yg mengiringi manusia, disitulah kesempurnaan itu.
Sempurna sebab orglain menerimanya.
Sempurna sebab dirinya menerima dirinya sendiri.
Sempurna sebab Tuhan menerimanya utk kelak bertemu.

Dalam tataran vertikal, Tuhan berfirman bahwa dia mencipkan manusia dlm sebaik-baik bentuk. Itu berarti manusia diciptakan dgn kesempurnaan -dlm tataran manusia.
Keburukan yg ada pada dirinya dia terima sbg sebuah kekurangan, yg kemudian diwujudkan sbg perbaikan.
Kebaikan yg ada pada dirinya diterima sbg sebuah karunia, yg lalu diwujudkan sbg kebersyukuran.

Lalu perempuan dan sempurna?
Tuntutan . .
Bagaimana menjadi perempuan sempurna? Adakah dia yg selalu tertunduk malu, berjalan perlahan, berkata lirih ?
Adakah dia yg selalu mengangguk, yg hanya bisa bersolek rupa ?
Perempuan sempurna, mungkin bisa diartikan sbg perempuan yg utuh.
Yg memahami sikapnya dan dia sesuaikan pada tempatnya. Yg memahami apa yg Tuhan dan Utusannya inginkan atasnya. Yang memahami perannya. Sebagai seorang anak, seorang istri dan seorang ibu. Bahkan sbg seorang hamba Penciptanya. Serta sbg manusia yg siap kembali ke masyarakat..

I love being a woman.
Still try to be perfect.
The key of a perfection is an acceptance and a gratitudeness..

Kamis, 01 Oktober 2015

Setelah beberapa lama
Akhirnya bertemu . .
Diantara temaram dan suara-suara malam yg riuh.
Berkata engkau ttg keyakinan dan isi hati.
Seriuh apapun suara disekitarnya, engkau tdk akan bisa menyembunyikan air mata.
Aku sangat paham . .
Mata yg berair dan suara yg bergetar.
Aku cukup bsa membaca wajahmu :')