Jumat, 24 April 2015

Mencari tenang yg hilang

Ada kalanya kita berada di antara gerimis hujan. Sedemikian luruh berlarut dlm suasana. Seakan semesta sedang berada pada ritme yg sama. Mengalun tenang . .
Namun ada kalanya kita di tengah hingar-bingar kota. Semua menderu dan berlabuhan secepat semampunya. Terik panas, suara-suara yg berebut nada. Tidak sempat utk sekedar bernafas dgn tenang. Semua bergejolak pada titik yg berdesakan.

Demikian hati. .
Ada kala nya dia lembut spt aliran sungai, ada kalanya dia berhentak spt pacuan kuda.

Kita sedang dalam satu fase,
Mencari tenang yg hilang . .

Aku tdk terlalu memahami dgn pasti definisi tenang. . Apa kah benar kita slalu dlm satu kondisi yg sama?
Ku pikir tidak.
Semua ini tidak akan sama, semua berdinamika. Juga hati kita.
Ketenangan sederhana yg plg bisa terukur adl ketika kita merasakan keriuhan . . Kita tau kmn kita pulang.
Kita tau kita masih punya cara utk kesana. Kita tau kita masih mampu menjangkaunya.

Tenang bukan ketika tidak ada apa-apa . .
Hidup selalu menawarkan byk rasa. Khawatir, cemas, gelisah, resah, hingga haru dan bahagia.
Kita selalu akan merasakan itu.

Jika kita membatasi ketenangan adl ketika semua baik2 saja . . Ketika semua lancar dan tdk ada apa2, maka kita salah. Tenang bukan demikian.

Tenang adl ketika kita mampu mengingat Allah dlm apapun keadaan.
Itu tenang . .

Kesibukan mencari ketenangan, bisa saja malah mbuat kita semakin tidak tenang . .

Kita punya hati dan otak . .
Pikiran dan perasaan.
Ketenangan ada di ranah perasaan, dan perasaan ini yg akan mgarahkan pikiran . .
Hati dan dzikir, spt ikan dan air.
Yg hanya bisa hidup jika dia hadir.

Melarikan diri dari keresahan bukan cara mencari ketenangan. . Dia hanya berlari meninggalkan persoalan. Tdk menyelesaikan persoalan..

Apakah kita sebuah keresahan?
Hingga menjadikan tdk tenang . .

Aku berharap keputusan yg tepat. Yg mendekatkan pada ketenangan yg ikhlas. Bukan luka baru . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar