Jumat, 03 April 2015

Cemas yg Belum Usai

Jika kau bertanya padaku, apa yg bisa ku tawarkan untukmu . .
Aku hanya bisa diam, Tuan.
Sesungguhnya aku tak begitu paham tentang apa yg ku punya.
Aku tak berani mengatakan padamu . . Bahwa apa yg kau butuhkan adalah apa yg ku miliki.
Aku tak bisa mengukur ketangguhanku ketika kau meminta ku bertahan atau malah melawan.
Aku tak bisa menilai keberanianku.
Aku tak bisa menerjemahkan sejauh apa kemampuanku.

Mungkin kau melihatku seperti kesan yg kau tangkap. .
Kesan yg ku harap itu kesan yg jujur.
Hingga kau mampu menerima segala salah dan kurangku.

Sejak awal . . Sangat awal. Masih kah kau ingat, Tuan..
Apa ketakutan pertamaku ketika aku mempertimbangkan utk memilihmu?
Yg ku takutkan adalah,
Aku takut mengecewakanmu . .
Aku takut kau terlalu berharap segala hal yg sempurna yg di luat batas wajat kemampuanku.
Aku masih ingat, betaka kau mempertahankanku . .
Menguatkanku dan menenangkanku atas perjalanan yg kau tawarkan.

Tuan,
Aku tau aku kuat.
Aku tau aku berani.
Aku tau aku mampu.
Tapi aku tak tau apa kadar yg ku miliki ini cukup?

Tuan, aku wanita . .
Aku punya air mata

Aku cemas . .
Dan Tuhan tau itu
Dia tau segalaNya
Bagaimana Dia selalu menerima air mata dan kekhawatiranku.
Aku selali mengharapkan kepanjangan tangannya agar menyentuhmu . .
Hingga kau bisa menjadi perisaiku
Dan mengatakan "Tak perlu cemas, semua baik-baik saja. Dan, Nona.. kau cukup bagiku. Jadilah dirimu, dan aku akan menerimanya. Aku akan menjadi diriku. Lalu kita perbaiki bersama . . "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar