Jumat, 05 Februari 2016

Kisah Langit dan Bumi

ketika tulisan ini sampai padamu, aku tidak bisa menerka apa yang tengah kamu lakukan disebalik genggaman tulisan yang sedang kau cerna satu per satu katanya. aku? ketika aku menuliskan ini langit sedang berwarna seperti kemejamu, sedikit biru dan lebih pada abu-abu yang redup kelabu. rasa-rasanya aku ingin menuangkan warna tosca di lembaran langit itu, agar persis sama seperti kemejamu yang ku suka.
kemudian, aku akan memanggilmu dengan sapaan Langit.

Langit, seandainya aku bisa berhadapan denganmu dan mencuri semua waktumu hanya untuk mendengarkan ceritaku, maka akan ku lakukan. aku tau kau juga sangat ingin menikmati itu, hanya kita sedang berada disaat yang belum tepat. aku sama pahamnya denganmu.

pernah suatu hari aku menyimpan air mata, ingin aku tumpahkan dihadapanmu seketika. seperti tidak perlu ada kata-kata lagi. hanya cukup dengan menyeduh air mata dan kau akan merasakan bagaimana terlarutnya segala hal yang tak bisa diucapkan dan akhirnya mengembun saja menjadi buliran itu.

Langit, mencarimu memang tak semudah mencari angka tiga dalam jarum jam. tidak semudah itu. apalagi memintamu menjadi penawan atas rasa kehilangan. mengharapkanmu seperti jangkar yang menambatkan kapal di dermaga, sekiranya tidak semudah itu. kau lebih memilih memberikanku benang layang-layang, kau mengulurnya tinggi meski tidak melepaskan.

Langit hingga akhirnya seruntut percakapan hadir padamu, sahabatku memberimu pertanda tentang kapalku yang nyaris tenggelam dan menjauh dari dermagamu.

kau tahu, betapa aku menjadi sangat membiru.. mendapatimu sekuat tenaga menjelaskan banyak hal. sekuat daya merangkai kembali keyakinanku untuk bisa kembali menepi di dermagamu.
akhirnya kau berubah menjadi Langit yang cerah.
kau pernah terlihat buram dalam penglihatanku, begitu tinggi, jauh dan menyilaukan.

aku berhasil kau tata ulang hatinya. ini sebab doaku dan doamu yang menguat. mungkin menembus lapisan-lapisan udara. mungkin menembus detik-detik dan bertemu di malam yang tenang.

Langit, menjadi pagi yang cerah. menjadi hangat kembali. andaipun nanti Langit membulirkan gerimis dan meniupkan awan mendung, kau tetap menjadi Langit bagi Bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar