Kamis, 28 Mei 2015

Tersimpan Diam

Benar, ini semua tidak akan selesai di satu jenjang saja.
Semua berjenjang menguji bagaimana sabarnya kita menghadapi apa yg diberi.
Sesungguhnya sama saja . .
Sebelum keadaan kita spt ini, ujian itu selalu ada. Rasa yg tdk nyaman dan sakit hati. Rasa ingin ada dan rasa ingin sesuatu.
Bedanya, sekarang kita sangat berbatasan. Dulu, kita bisa (meski tdk bebas) mengungkapkan apa yg kita rasakan, sakit hati, kecewa, marah.. kita bisa berbagi perasaan.
Kini, kadar ujiannya berbeda. Semua perasaan itu harus dibungkus rapi dan rapat. Harus bisa diatasi sendiri dgn berjuang tanpa kata. Tanpa ada keluhan yg saling kita sampaikan.
Kita harus rela diam dan berair mata sndirian.
Benar, sesungguhnya kita tidak benar-benar sndirian . .
Kita selalu bersamaNya. Bersama dzat yg paling Mulia utk mjd pendengar. Hingga semua kebisuan menjadi doa yg dipanjatkan . .
Doa agar kita saling memahami dan bisa memilih apa yg harus dilakukan agar kepercayaan tdk hilang.

Aku yakin kita saling paham . .
Bukan semata krn kita yg menunjukkan, namun krn Dia membiarkan kita memahami.
Semoga memang demikian.

Yg harus kita usahakan adalah berpikir dan bertindak sesuatu dgn byk pertimbangan . .
Pertimbangan utk saling menjaga perasaan utk tdk saling menyakiti atau mengecewakan.
Sebab kita sama2 tdk tau, maka semua tanggung jawab menjaga percaya dan menjaga janji adalah pada diri sndiri dan Dia.

Tidak masalah jika kau sudah memiliki skema berpikir dan berperasaan yg lain . .
Namun, jika (mgkin) kita masih pada misi yg sama. Maka kita harus punya visi dan cara bertahan yg sama . .
Kau paling tau ttg hatimu. Dan aku paling tau ttg hatiku.
Dan Dia tau segala apa yg sdg terjadi.
Jika janji ini tersemat krnNya.. maka hedak sungkanlah kita ketika kita, tindakan kita, pikiran kita, rasa kita berpaling dari janji itu dan dariNya.

Semoga Kita kuat hingga nanti . . :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar