Senin, 05 Mei 2014

Tiga Wanita dan Perbincangan Tentang Cinta

tulisan ini adalah tulisan pertama yang saya buat di tengah taman kampus. taman yang memang nyaman ketika senja. tidak ramai, dan saya pikir ini adalah suasana yang tepat untuk saya menulis sesuatu.

sebenarnya, bukan karena suasana yang membuat saya ingin menulis. saya yang mencari suasana itu sendiri sebenarnya. tulisan ini terlahir dri tiga bibir wanita yang berceloteh tentang hal-hal kecil yang kemudian selalu menjadi makna dan menjadikan pandangan tentang hidup. meski ketiga wanita ini memiliki tiga pola jiwa yang berbeda-beda, karena itulah pemikiran yang menjadi perbincangan berwujud lebih kaya. salah satu pemiliki bibir wanita itu adalah saya, dan dua sahabat yang memang sering makan bersama karena bukan hanya kebutuhan perut, tapi lebih pada kebutuhan otak dan mulut untuk mengolah sesuatu, bernama pendapat dan kisah.

sore ini, lepas kuliah yang kami pun sekelas.. kami duduk bersama di kantin kampus. secangkir teh hangat, dua porsi mie instan dan secangkir kopi menjadi benda-benda setia yang menikmati drama tiga gadis yang sedang berkisah.
akhir sesi perbincangan, -sebutlah memang "sesi" karena obrolan kami akan kemana-mana dan selalu seperti bola salju, namun bedanya bukan hanya satu dan besar, tapi banyak dan menggumpal besar.

kami berbincang tentang pandangan masing-masing tentang cinta. saat itu, saya memang berniat untuk hanya mendengarkan saja. mengapa? karena saya tahu bahwa apa yang mereka perbincangkan akan brbeda dengan saya ---yaa, meski kita memang selalu berpandangan berbeda. namun kali ini, berbeda tentang siapa yang sedang berkata. saya, tidak sama dengan mereka.. mengapa? karena saat ini posisi saya adalah seorang yang sedang menikmati komitmen dengan serentetan risiko dan buah manis yang bernama cinta.

banyak hal yang dituturkan teman saya, dia memang seorang yang sangat logis dan sangat realistis. dia memahami semua kehidupan dengan cara pandang yang memang tidak utopis, dia menghindari itu. tidak skeptis, yaa tapi tetap realis.
sedangkan sahabat saya, hm.. entah apa yang sedang dia pikirkan.. atau dia lupa ketika perbincangan itu berlangsung ada saya dengan kondisi saya saat itu. hanya dia yang mengerti bahwa saya sedang dalam sebuah ikatan semu. (yaaa.. tetap semu kan? karena tidak ada yang pasti sebelum pengikatnya itu abadi).

satu hal yang menjadi point penting dari perbincangan yang saya hanya menikmatinya di luar layar. saya mengikuti sambil berpikir tentang bagaimana saya menemukan cinta dan bagaimana saya menjalaninya.
adalah, bahwa kita tak pernah bisa memilih bagaimana cinta itu datang.. bahkan cinta yang ingin dikondisikan. cinta tidak ada yang sempurna, benar. seorang yang dicintai memang tidak pernah sempurna, benar. cinta bukanlah harga mati untuk harapan-harapan pada manusia, benar. tapi ada satu hal yang terlupa.. bahwa cinta sungguh yang akan memilih cara dan jalannya sendiri. mengapa? karena Dia yang menyusupkannya di tiap hati manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar