Jumat, 22 Agustus 2014

Bahasa Air Mata

Aku singgah, disepertiga sore yg basah krn sisa hujan siang..
Dari mana aku memulai percakapan?
Sedang cemara menungguiku dgn sangat resah di halaman..
Kuntuman mawar menahan rekam hujan..
Juga sama resah, menunggui jawaban dari percakapan tanpa tanda.
Bahasa yg terilhami dari romansa jiwa.
Meretas menjadi puisi bisu tanpa nada.
Dari mana pula aku memulai percakapan?
Dia tak segan menungguiku bercakapan...
Seperti cemara. .
Seperti mawar. .
Meluruh bersabar menunggui makna yg keluar.
Akhirnya,
Pada tetesan embun pagi di keesokan, aku menitipkan
Setitik air mata. .
Agar dia paham tentang haru, rindu, suka, rela, duka, kecewa, resah dan cinta :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar