Minggu, 29 Juni 2014

Kuda, Panah dan Biola

Seperti segala unsur dalam cakrawala..
Segala unsur yg membentuk suatu pola.
Sebuah pggambaran diri yg terlukis di cermin pun adalah hasil dari keterikatan unsur : Pikiran, perilaku dan rasa.

Dari segala bentuk pggambaran diri,
Entah mgapa saya sangat menyukai metafora dari kuda, panah dan biola.
Mereka seakan mjadi satu pola yg membentuk saya.

Perilaku seperti kuda..
Metafor ini mggambarkan kekuatan dan sekaligus keanggunan yg ditampakkan oleh wujud kuda.
Bahkan, tak ragu, Tuhan menyebutkan kuda dalam firmanNya. Pasti ada maksud yg sangat indah yg ingin Tuhan sampaikan..
Kekuatan kuda dengan segala keberaniannya "maju" berperang.
Saya yakin, meski hewan tak memiliki kepribadian, tapi saya yakin Tuhan menitipkan keberanian pada kuda sbg fitrahnya utk menghadapi berbagai keadaan, dalam perang sekali pun. Itu tabiatnya.
Selalu ada makna dari setiap penempatan makhluk Tuhan.

Keanggunan yg nampak pada Kuda, terlihat dari elegansi yg Kuda wujudkan dalam pembawaan diri. Tenang dan kharismatik. Sungguh mempesona.
Dia tetap gesit dan byk bergerak namun semua gerakannya bukan kesia-siaan.

Unsur perilaku manusia tak kan lepas dengan pemikiran yg bekerja di dalamnya.
Mengenai Pemikiran, saya senang bermetafor dengan Panah.

Panah, tentang sebuah ketunggalan brpikir. Fokus. Tak pernah ragu. Sekali lepas dia harus lepas dengan efektif. Maka, pertimbangan dan perhitungan sangat penting. Sebuah ketenangan dalam pengambilan keputusan menjadi utama.
Tak pernah ada panah yg mundur ke belakang setelah lepas dari busurnya. Dia tetap harus berjuang menuju pencapaian hingga tuntas.
Ketika ia masih bersarang dalam busur utk siap melesat, dia memang harus menarik dirinya kebelakang. Utk apa? Hal ini dilakukan utk mengukur apa yg ada di depan dgn tetap mempertimbangkan apa yg ada di belakang. Maksudnya adalah hasil pembelajaran dari pengalaman lalu.
Menuruti angin. Panah bukan sesuatu yg kaku, dia tetap akan menuruti angin yg berlalu. Ini ttg Takdir, dia tetap menjalani takdir. Tidak terburu2 menuju titik dengan terus melawan angin. Dia tetap menerima takdir yg ditiupkan utknya.

Mengenai Rasa, berbicara tentang biola.
Membicarakan biola, selalu mendapat kedamaian.
Dengan biola saya menyadari bahwa harmonisasi tidak begitu saja ada dan tinggal memainkan.
Tapi harmonisasi ada krn dicari dengan rasa.
Rasa yg peka akan menuntun pada sebuah nada yg tepat.
Dalam biola tak ada tanda nada.
Mengapa? Karena spt yg saya katakan tadi, harmonisasi harus dicari dan dirasa. Kuncinya peka dan terbiasa merasa.
Hingga kedamaian muncul karena harmoni tercipta.
Ketenangan.. Keteraturan.. Perasaan luruh dan berserah.. Semua seakan bergumul ketika biola tergesek dengan perlahan.
Kesabaran, kasih sayang, cinta.. Semua begitu terasa ketika bow digerakkan.
Rasa tak memaksa.. Rasa utk sederhana.. Rasa utk apa adanya..
Dengan rasa demikian lah bow bisa bersatu dengan dawai utk mencipta nada.
...damai...

Kuda| Panah |Biola
Sangat begitu saya inginkan utk bersatu berrekatan membentuk jiwa :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar