Selasa, 28 Mei 2013

Kita Sebut Apa..?

Perjalanan ini dari sebuah kesederhanaan. Atas nama keingin tahuan atas segala pertanyaan. Apa kah benar, ini semua serumit yang kita bayangkan..

Akhirnya, aku berjalan kemana saja yang langkahku mau.
Pada pemberhentian pertama, di sebuah warung makan pinggir jalan. Terlihat seorang dewasa menyantap makan siangnya. Berbincang sejenak, lalu aku pertanya… cinta itu apa? Dia menjawab, cinta itu yaa.. ketika kamu merasa… uhm… apa yaa? / baik, misi gagal! Aku tidak menemukan jawaban.

Lalu langkahku yang asal ini menuju pos ronda, beberapa orang sedang main catur disana.. aku bertanya, cinta itu apa? Cintaa…. Yaaa… seperti itulah! Gak usah dipikir! Bingung… / baik. Yang ke dua juga gagal!

Tak pernah puas dengan jawaban orang dewasa tanggung, aku melangkah lagi.. kali ini disebelah kanan jalan ada sebuah rumah sakit bersalin.. aku menyebrang. Terlihat seorang perawat di meja depan… berbincang dengan dalih Tanya alamat, akhirnya aku bertanya, cinta itu.. apa? Cinta adalah ketika, kau mendengar tangisan bayi yang baru lahir.. / baik, misi sempurna! Ini adalah jawaban.

Masih ragu, kaki ku terus melangkah.. entah bagaimana aku sampai di sebuah rumah sederhana dengan pekarangan yang sangat rimbun, penuh bunga. Si pemilik yang sedang menyiraminya, aku sapa. Lagi-lagi dengan dalih Tanya alamat.. mulai aku bertanya, cinta itu apa? Beliau menjawab, masih dengan selang air untuk menyirami.. yang saya lakukan inilah, cinta! / luarbiasa, aku puas..

Tapi.. tunggu, aku belum mau menghentikan langkah. Beberapa meter dari rumah itu, ada sekolah menengah atas, ku piker aku harus objektif.. apa yang remaja-remaja ini pikirkan. Seorang siswa yang sedang istirahat, aku Tanya.. dengan basa-basi senjenak. Apa itu cinta? Dia langsung mengeluarkan gadget yang ia punya, menunjukan sebuah fotonya dengan seorang wanita.. bukan, bukan, pacarnya.. tapi ibunya. Ini, cinta… / luarbiasa. Aku tertegun. Memang pada awalnya ku pikir cinta itu, hanya pada lawan jenis, mengingat usia mereka. Kali ini aku bertanya lagi, pada seorang siswi, sama. Masih tentang cinta… dan, dia sangat malu menjawabnya.. hingga hanya tersenyum yang disembunyikan. / baik, aku paham… Aku jadi mengingat diriku sendiri, jika aku seusia mereka dan ditanya tentang hal tersebut, mungkin aku juga hanya diam dan malu.

Selangkah demi selangkah… sampai kakiku di sebuah taman kota, memang lebih mirip taman bermain, hanya ini tempat bermainnya saja. Ku berpikir, bisakah aku bertanya pada anak-anak ini? taman itu riuh dengan suara anak-anak bercanda, tertawa, ada yang bernyanyi dengan lantang, berteriak, bahkan menangis karena berebut mainan, ada yang tiba-tiba jatuh saat berlari dan menangis. Orang tua mereka menunggui dibawah pohon rindang. Ada yang tergopoh berlari, ketika mendapati anaknya menangis. Ada yang setia disamping anaknya karena harus menyuapi anaknya. Ini pemandangan yang sangat mengesankan. Senyumku, tawaku, bahkan mungkin sesekali airmata menetes.. ini adalah cinta!

Mataku tertuju pada seorang anak laki-laki bertubuh gendut, lucu sekali.. berbasa-basi ala anak kecil, lalu bertanya, apa itu cinta? Uhm… dia berpikir sejenak.. cinta itu, waktu kakakku mau membagi coklat sama aku/ aku tertawa lepas! Jawaban luar biasa,,
Kemudian ada lagi seorang anak yang merengek pada ibunya minta balon dari seorang penjual balon.. akhirnya,mengetahui itu dan karena aku juga suka balon, aku memberinya satu. Dia tersenyum sangat senang, ibunya sangat terlihat sungkan.. aku bertanya pada adik kecil itu., apa itu cinta? Cinta… uhm… dia menunjuk pada balonnya, itu.. cinta, kakak! Kakak baik.. terimakasih/ aku terenyuh… ini kah cinta?

Tertarik aku pada seorang anak perempuan berkuncir dua, memakai baju berwarna merah, bersama kakeknya, memetik bunga. Aku bersalam, berbincang, ternyata ibu dan ayahnya sibuk kerja.. anak itu akhirnya ku Tanya, apa itu cinta.. cinta itu, jawabnya.. ketika kakek memberikan bunga di makam nenek.  / ini… Jawaban! Aku tertegun lebih dalam!

Sekarang, aku paham… anak-anak belajar mencintai dari apa yang ia lihat. Dari coklat yang dibagi oleh kakaknya, dari balon yang diberi untuknya, bahkan dari bunga di makam neneknya. Sedang semakin dewasa ia, semakin cinta menjadi rumit makna, menjadi selalu bimbang untuk dibicarakan, ternyata seorang dewasa terlalu mengkotakkan pemikiran dan perasaannya dengan standard ang ia buat sendiri. Beberapa yang benar-benar memiliki hati yang peka, mampu memandang cinta dengan rasa yang lebih dalam, bisa mengungkapkan, dan melakukan. Membantu persalinan, hingga mendengar tangisan bayi, sampai merawat bunga dan menyiraminya sebagai wujud cinta.

Sebelumnya, seorang pasti berpikir cinta itu tabu untuk dibicarakan, karena saat remaja, pencitraan cinta menjadi sangat saklek. Ada yang sungguh mampu memaknainya, bahwa cinta adalah perwujudan seorang ibu.

Dan jika aku ditanya apa itu cinta.. akhirnya, aku bisa menjawab! Cinta terbesar adalah ketika aku masih mendapati jiwa dan ragaku masih utuh dan masih menyatu dalam peristiwa hidupku, hingga aku mampu mengumpulkan cinta yang lain, dan menebarkan cinta bagi yang lain pula.  Menikmati cinta dari apa yang aku lihat. Memaknai cinta dari apa yang aku rasa. Itu… cinta.
Apa menurutmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar