Sabtu, 21 Februari 2015

Penawar Luka

Sesakit itu kah menjadi dirimu? -katamu suatu malam. Bahkan aku sendiri tdk mengerti kadar sakit macam apakah yg sedang ku rasakan.
Aku tdk pernah bisa melupakan tiap kalimat yg ku baca waktu itu. .
Yg kemudian spt menjadi belati dan mengalirkan byk darah hingga bertumpah menjadi air mata.

Sesakit apapun aku, sekecewa apa pun aku . .
Aku tdk bsa mengubahmu. Terbukti. Ini semua berulang lagi dan lagi.

Aku tidak berubah, tidak akan berubah. Sikapku, rasaku, perhatianku . . Semua tdk akan berubah. Tapi aku butuh waktu utk mengobati sndiri sayatan ini.
Aku diam. Dan menjauhimu. Aku marah dan bersikap dingin. Ini adalah caraku menyembuhkan luka.
Ku pikir ini akan sembuh dengan sndirinya. Ternyata tidak.
Aku butuh oranglain yg menyembuhkan. Kau.
Tapi trnyata kau tak spt yg ku harapkan. Yg sigap mengambil penawar luka dan menyembuhkanlu dgn segera.
Kau tak punya waktu banyak utk sekedar memberi kesan bahwa kau akan mengobatinya..
Atau aku yg salah krn tdk menangkap kesan itu?
Akhirnya luka itu mengering tanpa penawar apapun. Dibiarkan terbuka dan angin seolah membuatnya tdk ada.
Padahal rasa sakitnya belum terlupa. Masih ada . .
Aku lelah menahan diri dari sakit, sementara setiap waktu byk berjumpa denganmu.
Aku lelah menjadi dingin dan terkesan tdk peduli dgnmu padahal aku selalu khawatir denganmu.

Aku diam. Menunggumu datang, membawa penawar . .

Mgkn aku bisa mencari oranglain utk menyembuhkan . .
Tapi aku tau, kau akan lebih terluka.
Dan aku tak pernah mau kau terluka . .
Aku tau rasanya terluka.

Datanglah . . :'(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar