Jumat, 28 November 2014

Teh manis

Pada sebuah perjamuan . .
Seorang lelaki menyuguhiku secangkir teh hangat. Ku pikir . . Apa yg salah dengannya hingga memberiku secangkie teh?
Dan dia berkata : sepertinya kau kedinginan, nona. .
Dan aku tersenyum simpul. Seraya meraih teh hangat yg begitu menggoda utk segera diteguk.
Menguar aroma yg sangat harum. Ketika cangkir itu sampai ditanganku, kehangatan menjalar di smua tubuh. . Mungkin hingga dalam lubuk hati. Seteguk pertama yg ku cecap adalah kelegaan tak terkira. Bahwa masih ada seorang yg melihatku dan memberi apa yg ku butuhkan tanpa aku harus memintanya. Seteguk ke dua aku merasa. . Pantaskah teh ini ku terima dengan percuma? Seteguk ketiga. . Aku merasa bahwa ini bukan hanya ttg memberi dan meminta. Benar, ini ttg ketulusan. .
: semoga dia menciptakan rasa manis itu hanya utkku.

Aku memahami bagaimana dia meracik teh ini hingga terasa sangat harum dan manis.
Namun, apa yg terjadi ktika dia menyuguhkannya pada oranglain? Aku tidak tau bagaimana dia meraciknya. .
Aku hanya ingin dia berhati-hati. . Agar dia menjaga apa yg dia sudah racik dengan ketulusan itu dan menjaga agar orang lain tidak mabuk krn teh yg dia berikan.

: Pencipta Semesta, tolong lindungi hati kami. . Agar saling tak menyakiti :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar