Senin, 17 Juni 2013

Segelas Air Mata

dia datang lagi, namun kini mungkin ada yang berbeda.. sudah terlampau lama kami tak bersua. mungkin semenjak pertemuan di sebuah kedai teh yang kami puja. kedai teh itu menyajikan aroma kenangan bagi kami. menyeruak lembut dalam hatiku sebersit nostalgia yang melambung. kedai teh yang tiap jumat sore kami rutin kunjungi. hanya karena lelah dengan rutinitas kerja yang hanya memandangi layar berwarna yang menyajikan berbagai data yang segera harus diolah. kedai teh itu memang terletak di persimpangan jalan antara kantor kerja ku, dan toko bunga tempatnya bekerja.

lama nian aku tak lagi mampir disana. mungkin karena kami juga tidak pernah bersama lagi. dia, sahabat yang menyenangkan. berbagi apa saja, menertawai kekonyolan akan kehidupan bahkan kesialan yang menimpa kami. membicarakan rekan kerja masing-masing. dan, tentang cita masing-masing. dia yang ingin sekali ke belanda, dan aku yang ingin sekali terbang ke india. jauh berbeda! kami memang memiliki selera yang jauh berbeda. aku yang pasrah saja menerima kerja di kantor, dengan meja kursi dasi kemeja ---semua membosankan. sementara dia, rela gelar S1nya hanya berada di balik bunga yang dia tata dan rawat tiap pagi di tokonya.

perjumpaan nanti senja, adalah perjumpaan yang pertama setelah sekian bulan, ah.. atau tahun -tidak bertemu. aku dengan rutinitasku, dan dia dengan langkah kelincinya yang lompat kesana-kemari mencari yang ingin dia temukan, namun tak kunjung dia dapatkan. apa yang dia cari? --sejauh aku mengenalnya, aku pun tak tahu apa yang dia cari.

matahari merendah, lampu ruang kerja dimatikan. segera ku berjalan di kedai teh tempat kami berjanjia. dari surat elektronik yang dia kirim kemarin menandakan dia ingin, bahkan sangat dan harus bertemu.. aneh memang. ketika mengingat kembali mengapa dia tiba-tba hilang. ketika ku tanya di toko bunga tempat kerjanya waktu itu, kawannya hanya berkata, dia pergi ke suatu tempat dmana dia merasa akan menemukan yang dia cari. ah! dia memang terlalu semu untuk ku raba pemikirannya. namun, sejauh ini aku nyaman, bahkan merasa kehilangan.

kini aku berada di meja dekat jendela kayu di lantai dua kedai teh. aku memesan teh tarik hangat -seperti biasa. dan dia nanti --ku rasa akan memesan es teh mint. huuum... ku hirup dalam-dalam. dan dinding kedai ini mulai bercerita tentang kisah-kisah kami yang kami sembunyikan di dalamnya, aku mengingat itu semua. sesaat gerimis hadir, arome petrichor memanjakan. sekilas ku pandangi jalan dari atas. nampak gadis berkulit langsat dengan gaya kasual, rambut panjang yang dia tahan dengan karet, membawa tas yang sudah kumal, berjaket ala armi. terburu-buru ia masuk kedai. itu dia! sudah datang...!!

aku menyapanya dengan melambaikan tanganku. dia duduk dengan raut muka bersenyum palsu. ada kah yang salah?
sesaat pelayan datang.. menawarkan menu, namun gadis di depanku ini menolak. dan hanya meminta air putih saja. aku heran, air putih? mana teh mint yang dia agung-agungkan itu?

sesaat dia menunduk di hadapanku, diam. kami diam. suara denting hujang yang berirama. dia perlahan mengangkat wajahnya..
di ceruknya ku temukan buliran air mata yang lembut menuruni wajahnya...
aku kaget, bingung. tak tahu apa yang harus ku lakukan..
air mata itu tak henti berdiam. turun lagi, lagi, dan lagi.. kini pundaknya terguncang, sesenggukan.

aku hanya menatapnya hening.. seolah bertanya, ada apa, gadis?
akhirnya dia berkata, "aku hanya ingin tahu, bahwa aku bisa menangis dihadapanmu.. tangis yang tak pernah ku tunjukkan di hadapan laki-laki, apa lagi kamu. aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku lelah mencari. dari perjalanan jauhku, aku menyadari bahwa yang ku cari, ada disini.."

segelas air putih datang pada meja kami, bersisihan dengan segelas air mata yang membuatku mengerti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar