Rabu, 10 Juni 2015

Alam Manusia

Keriuhan dunia, seakan menawarkan byknya impian-impian tanpa batas. Tak ada yg tau bukan, kapam impian kosong itu akan nyata ? Tapi kadang, manusia meributkannya. Seakan segalanya akan ada digenggaman jika memiliki tangan paling kuat. Maka, sibuklah manusia memperkuat tangannya. Ternyata kekuatan tangannya tak hanya utk menggenggam mimpi, tapi meninju orang yg mulai mengusil mimpi dan impiannya.
Manusia selalu salah menggunakan alat. Nurani yg seharusnya berbicara ttg benar salah tak pernah jadi acuan. Kekuatan adalah keutamaan dalam meraih penghargaan.
Penghargaan, adalah impian itu. Penghargaan sesungguhnya hanyalah nilai rekaan manusia sendiri. Semacam kesepakatan baik-buruk, indah-jelek yg hanya disepakatai turun temurun tanpa ada penelaahan mendalam ttg esensi penilaian..
Yg buruk akan selalu dianggap buruk, jika manusia masih percaya buruk sbg defenisi dr nenek moyang.
Mengubah pandangan penilaian tentu dari masing-masing manusia itu sndiri di mulainya.
Jika yg kaya dunia adalah yg paling mulia, selamanya manusia tidak akan menganggap Nabi manusia paling mulia, karena Nabi sering tak punya apa-apa.
Jika yg dianggap hebat adl yg kuat, maka selamanya para pemakai otot dianggap hebar.
Kita terkungkung pada dunia persona, yg mengajari kita ttg citra hingga kita kehilangan makna atas diri sendiri. Selalu menuruti apa yg diinginkan dunia pada kita.
Jika kita tau maksud dan tidak menghilangkan esensi nyata dari diri, itu tdk menjadi masalah. Tapi bahaya, jika manusia hanya menjadi produk citra, tempelan2 label yg dipakai tanpa tau makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar